Film yang bernuansa remaja ini bercerita tentang perjalanan karir sebuah band dari kota Riverdale, Pussycats yang naik super sangat cepat lantaran diolah oleh label rekaman MegaRecords yang ternyata punya kedok dibalik itu.
Awalnya Pussycats, grup band yang beranggotakan tiga orang cewek; Josie, Melody dan Val cuma bisa manggung di tempat permainan bowling, tanpa seorang pun yang mau memperhatikan permainan musik mereka. Bahkan mereka diejek oleh para remaja di sekitar mereka yang sangat menggandrungi Dujour, grup band di bawah label MegaRecords sebelumnya. Hingga di tengah menghilangnya band terkenal Dujour secara misterius, Pussycats dikontrak oleh Wyatt Frame, tangan kanannya direktur MegaRecords.
Di bawah MegaRecords, Pussycats yang kemudian berganti nama jadi Josie and the Pussycats hanya membutuhkan waktu satu minggu untuk menduduki posisi 1 tangga lagu MTV. Meski sempat curiga, namun karena terlalu senang mereka jadi tidak ambil pusing dengan keanehan itu.
Ternyata ada kejahatan terselubung yang dilakukan oleh MegaRecords terhadap musisi yang mereka kontrak. Dujour dan Josie and the Pussycats dijadikan alat sebagai iklan TV raksasa. Dengan merekam lagu Jossie and the Pussycats melalui sebuah prosesor canggih Megasound 8000, jaringan musik itu juga dimasuki suara Mr. Moviefone yang mengajak para generasi muda Amerika untuk terhipnotis dalam trend terkini.
Di bawah perintah Fiona, Direktur MegaRecords, Mr. Moviefone melakukan proses cuci otak bagi generasi muda Amerika. Hingga setiap orang yang mendengarkan musik Josie and the Pussycats disamping akan tergila-gila dengan Josie and the Pussycats, otomatis mereka juga terobsesi untuk membeli segala macam barang yang diiklankan secara terselubung itu. Dimulai dari barang berupa baju, sepatu, minuman, snack hingga warna favorit dan bahasa gaul.
Hingga akhirnya kebusukan itu terkuak, Fiona dan Wyatt pun ditangkap atas tuduhan bersekongkol melawan generasi muda Amerika oleh Agen Federal yang sebenarnya juga terlibat di dalamnya. Rupanya Fiona melakukan itu lantaran masa lalunya yang memalukan. Ia selalu diolok sebagai Lisa cadel dan bergigi hitam. Ternyata Wyatt pun mempunyai masa lalu yang serupa, bahkan mereka satu sekolah di SMU Huntington. Wyatt sendiri diolok sebagai Wally pantat putih karena ia albino. Sisi positifnya, Fiona dan Wyatt lalu menjadi pasangan aneh yang saling menyukai.
Josie and the Pussycats sendiri kemudian melakukan konser di atas panggung dengan jumlah pengikut yang super besar. Meski sebelumnya para penonton itu hadir karena pengaruh dari Megasound 8000, mereka tetap menyukai musik yang ditampilkan oleh Josie and the Pussycats. Tentu saja itu tanpa bantuan Megasound 8000 plus Headphone Josie 3DX yang hancur lantaran tidak sengaja dipukul Fiona dengan gitar.
Di dalam film ini cukup bertaburan sejumlah merk terkenal, seperti Revlon, Target, Mc Donals, Adidas, Puma, dan lain-lain. Juga para orang terkenal Amerika seperi Mike Tyson, Spice Girls, Christina Aguilera, TLC, Eddie Murphy, Bill Cosby bahkan Chris Rock yang ikut muncul dalam pengucapan dialog. Bisa dikatakan film ini sangat kaya akan nuansa Amerika yang serba modern dan gila penampilan.
Uniknya, moral cerita yang disampaikan film ini dikatakan sendiri oleh salah satu pemainnya, yakni Alexander Cabot III. Ia mengatakan bahwa, “Moral cerita fil ini adalah kita harus bahagia dengan diri kita apa adanya. Selama ini kita habiskan uang untuk pakaian mahal demi mengesankan orang. Aku tak pernah bahagia. Bahagia ada di dalam diri. Aku bukan ini. Aku bukan apa yang kupakai.” Meski selanjutnya, ia membuka seluruh pakaiannya, dan kembali konyol lagi.
A. Ide Cerita
Ide cerita film “JOSIE and the PUSSYCATS” muncul dari fenomena musik pop yang sangat digandrungi remaja saat ini, khususnya para remaja yang berada di Amerika, yang umumnya juga cenderung terjebak dalam trend mode. Dalam film ini kedua fenomena itupun digabung. Di samping mengandrungi satu band musik tertentu, dengan mendengarkan lagu band itu para remaja itu pun terpengaruh untuk membeli merk-merk dagang tertentu.
Ide cerita film ini fiksi belaka. Namun, ide karakter para pemerannya disadur dari ARCHIE Comics.
B. Skenario
Skenario film ini boleh dikatakan cukup bagus. Penulis skenario mampu membuat pemahaman yang memadai mengenai materi pesan yang akan disampaikan. Meski diikuti kekonyolan yang luar biasa, film ini disertai juga dengan pengetahuan yang kuat mengenai teknik-teknik atau bahasa film yang memadai.
C. Sutradara
Film ini disutradarai oleh tiga orang sekaligus, yaitu Kenneth Edmons, Michael Silberkleit, Richard Goldwater dengan Grace Gilroy sebagai Co-Producer.
D. Pemeranan (Aktor/Aktris)
Film ini cenderung bertipe Interpretor atau Komentor. Tipe yang karakter pemainnya mirip dengan dirinya sendiri. Film remaja Amerika memang sering mirip dengan kenyataan.
Misalnya, Rachael Leigh Cook yang berperan sebagai Josie McCoy memiliki karakter yang kuat dan cerdas, juga Tara Reid sebagai Melody Valentin yang manja dan kekanak-kanakan, ataupun Rosario Dawson sebagai Valerie Brown yang perasa dan merasa didisriminasi lantaran ia kulit hitam.
E. Tata Artistik
Tata artistik film ini sangat menarik. Teknik pengambilan gambar dilakukan sempurna dengan menjaga estetikanya. Kostum pemain dibuat se-real mungkin dengan fakta yang ada. Misalnya bila sebuah band harus memiliki ciri khas, maka film ini sangat mendukung hal itu.
F. Sinematografi
Sinematografi yang diartikan sebagai seluruh hal yang berkaitan dengan gambar sebagai unsur visual, bila dikaitkan dengan analisa film “JOSIE and the PUSSYCATS” maka boleh dikatakan cukup baik.
Ada banyak bagian yang disyuting secara beda. Hal ini menciptakan variasi yang sangat kreatif. Misalnya saja, ada gambar menyorot kota secara tiga dimensi, ada gambar yang terdiri dari dua situasi yang ada dalam waktu yang sama tapi tempat yang berbeda, ada pula gambar seperti video klip, dan masih banyak variasi yang lain.
G. Editing
Secara keseluruhan proses editing film ini juga cukup baik.
H. Tata Suara
Selain suara dialog pemain, tata suara film ini juga memperhatikan musik dan lagu yang dinyanyikan. Sejumlah lagu pop yang ada dalam ini bukanlah lagu yang disadur dari penyanyi tertentu. Meski demikian, seluruh lagu itu terdengar sangat harmoni. Contoh tata suara yang juga terdapat dalam film ini, seperti suara pesawat yang melaju, suara shower yang hidup, bahkan suasana konser yang bergemuruh.
I. Visual Efek
Banyak bagian dari film ini yang menggunakan visual efek, hasilnya ia makin mempercantik gambar.
Secara keseluruhan, menurut saya film ini sangat bagus. Baik dari segi cerita, segi sinematografi, maupun kekonyolannya. Pesasa film ini sangat baik bagi remaja agar tidak terjebak dalam trend mode. Mereka diharapkan mampu menunjukkan diri mereka apa adanya. Film ini juga sangat baik untuk mengurangi stres karena selain mengajak kita untuk berfikir, ia juga mengundang kita agar tersenyum lebar.
(Tugas Mata Kuliah Sinematografi, D3 Public Relations UGM, Tahun 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komenku buat nitastory kali ini...