Sabtu, Desember 06, 2008

Persepsi Pribadi Atas Wacana Narkotika di Film "Traffic"

PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Sehingga hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderati, 1976:129)
Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977:235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Selain itu, faktor lain yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen, 1972:46). Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.
A.1. Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi.
A.2. Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Hal ini memunculkan Teori Gestalt yang bila kita mempersepsi sesuatu itu secara keseluruhan.
Persepsi kedua: Medan Perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Persepsi ketiga: Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Hal ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

PERSEPSI ATAS MEDIA FILM
Film adalah salah satu media yang dapat memunculkan persepsi atas tiap individu yang menontonnya. Dengan menonton film individu melihat sebuah rangkaian gambar yang diatur sedemikian rupa sehingga memunculkan sebuah cerita dengan berbagai adegan yang terdiri dari berbagai konflik, peredaman, dan akhir yang menimbulkan persepsi tersendiri.
Bila dihubungi dengan film “Traffic” yang diproduksi original oleh Carnival Films untuk Channel 4 Television (U.K.) ini merupakan film menarik yang bercerita tentang narkotika, umumnya individu akan memiliki persepsi yang berbeda. Karena gambaran yang diberikan pada film ini cukup kompleks. Ia menyajikan tidak hanya dari satu pihak saja, namun banyak pihak. Seperti pengedar (kartel Juarez oleh Porfio Madrigal dan Obregon bersaudara), pihak berwenang (polisi), penegak hukum, pemerintah, pusat rehabilitasi, masyarakat umum, dan pihak sekolah.

BIODATA FILM
A Bedford Falls/Laura Bickford Production
An Initial Entertainment Group Presentation In association with USA Film
Executive Producers : Richard Solomon, Mike Newell, Cameron Jones, Graham King, Andreas Klein
Based on “Traffic” created by Simon Moore
Originally produced by Carnival Films for Channel 4 Television (U.K.)
Directed : Steven Soderbergh
Screenplay by Stephen Gaghan
Produced by Edward Zwick, Marshall Herskovitz, Laura Bickford
Photographed by Peter Andrews
Edited by Stephen Mirrione
Production Design by Philip Messina
Costume Design by Louise Frogley
Music by Cliff Martinez
Casting by Debra Zane C.S.A.

PERSEPSI TERHADAP ISI FILM “TRAFFIC”
Film “Traffic” mengungkapkan bila suatu bisnis narkotika itu tidak hanya melibatkan suatu pihak tertentu. Rangkaiannya menarik setiap elemen masyarakat untuk ikut dalam lingkaran hitam itu. Baik itu, pengedarnya, pemberi izin ilegal, juga penggunanya. Tak ada yang dapat menduga bila peredaran narkoba ternyata dilakoni oleh pebisnis besar yang dari luar terlihat bersih bahkan mendukung untuk menghancurkan narkoba.
Dari film “Traffic” diceritakan tentang peredaran narkoba yang terjadi di dua negara, Amerika Serikat dan Mexico. Keduanya ternyata memiliki keterkaitan secara langsung. Awal cerita digambarkan tentang penyergapan sebuah truk oleh Javier Rodriguez (Benicio Del Toro) bersama sahabat karibnya Manolo Sanches (Jacob Vargas) yang ternyata membawa sejumlah narkoba yang dikelola oleh salah satu kartel besar di Mexico, Juarez-Scorpion. Namun, kemudian muncul Jenderal Salazar yang lebih memiliki kekuatan untuk mengambil alih penyergapan itu. Jenderal Salazar (Tomas Milian) ini, berikutnya dinobatkan sebagai tsar narkotika Mexico. Namun pada akhirnya dia disuntik mati karena ternyata diketahui mendukung salah satu kartel lain, yakni Tijuana untuk mengedarkan narkotika di Mexico. Namun hal inipun dilakukan oleh Javier Rodriguez yang semula mendukung Jenderal Salazar lantaran ia dikhianati. Sahabatnya, Manolo Sanchez dibunuh di hadapannya oleh kaki tangan Jenderal Salazar lantaran ingin membocorkan kebusukan Jenderal Salazar kepada Agen DEA.
Dari pihak Amerika Serikat, tsar narkotika yang dipilih adalah Robert Hudson Wakefield (Michael Douglas). Ia seorang pejabat pemerintahan yang bersih, dan selalu berusaha memerangi narkotika. Namun, di sisi lain, putri tunggalnya, Caroline Wakefield (Erika Christensen) ternyata seorang pengguna narkotika bersama teman-teman sekolahnya. Ia yang awalnya bersikukuh untuk menganggap kotor setiap elemen yang ada dalam lingkaran hitam narkotika, tidak dapat membohongi hati nuraninya. Bila ia memerangi narkotika, tak ayal akan banyak individu yang memerangi keluarganya sendiri, termasuk ia sendiri. Hal ini sangat sulit dimengerti, bahwa ternyata keberadaan narkotika itu benar-benar licin. Ia tidak melihat siapa. Bahkan Caroline yang dimaksud, merupakan pelajar teladan di sekolahnya. Pada akhirnya, Robert memilih untuk mengundurkan diri dari penokohan dirinya sebagai tsar narkotika Amerika Serikat dan lebih memilih untuk ikut serta dalam pemulihan kondisi putrinya agar kembali hidup normal dengan keluarga yang saling peduli.
Di sisi lain, dimunculkan tokoh Helena Ayala yang diperankan oleh Catherine Zeta-Jones yang awalnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik-baik namun kemudian menjadi berwatak buruk lantaran menginginkan suaminya, Carlos Ayala (Steven Bauer) dibebaskan dari penjara. Hidup orang yang terbiasa mewah dan serba ada itu tidak akan bisa terbiasa untuk hidup dengan kekurangan. Meskipun ia menyadari bahwa uang yang ia peroleh untuk kemewahan itu tidak benar. Digambarkan bahwa manusia itu selalu merasa aman dengan adanya uang yang cukup untuk memuaskan hidupnya. Tanpa itu, meskipun terpaksa, apapun akan dilakukan. Meski diceritakan pula Helena tengah mengandung 6 bulan dan telah mempunyai anak, David Ayala (Alec Roberts).
Padahal sesungguhnya, suami Helena, yakni Carl Ayala, adalah benar seorang pebisnis yang memberikan jalan agar narkotika dapat terus beredar di Amerika Serikat dan Mexico. Namun, ia memperoleh kebebasan lantaran saksi yang akan memberatkannya, Eduardo Ruiz (Miguel Ferrer) dari kartel Juarez mati diracun atas permintaan Helena kepada kartel Obregon bersaudara, Juan Obregon dan Pablo Obregon. Saat Carl telah dibebaskan, ia bahkan dengan mudah membunuh rekan sekerjanya, dan tetap menjalankan proyek narkotika terbarunya, yakni Proyek Boneka Anak yang ternyata wujud narkotika itu dipadatkan dan dibentuk seperti boneka tanpa dapat dideteksi baunya, bahkan oleh seekor anjing pelacak narkotika pun.
Di pihak lain, diceritakan tentang dua orang polisi narkotika Amerika Serikat yang selama Carlos Ayala masih dalam status terdakwa, bertugas untuk mengawasi Helena Ayala dan melindungi saksi penting, Eduardo Ruiz. Dengan berbagai konflik, salah satu polisi itu akhirnya mati karena masuk dalam mobil yang telah dipasangi bom. Akhir yang menggantung, namun sepertinya ada gambaran bila akhirnya Carlos Ayala akan tertangkap, karena polisi yang masih hidup itu telah menaruh alat penyadap di meja kerja Carl Ayala saat Carl Ayala akan melakukan pesta kebun atas kebebasan dirinya.
Secara keseluruhan, dari segi sinematografi film, film “Traffic” ini sudah cukup baik dalam pengemasan ceritanya. Namun, butuh berulang kali menontonnya agar lebih memahami jalan ceritanya. Saya pribadi bahkan perlu menontonnya sebanyak 3 kali baru kemudian sangat mengerti apa yang terjadi. Bila awalnya, saya berpersepsi ganda bahkan tidak teratur, pada akhirnya malah setuju bila film “Traffic” ini sangat sistematis dan detil dalam memaparkan apa yang terjadi. Namun tentu saja, ada bagian-bagian yang dipersingkat karena banyaknya aspek yang diangkat.
Dari segi kemanusiaan, isi film “Traffic” ini menurut persepsi saya sangat manusiawi. Semua digambarkan mirip seperti kenyataan. Namun, semenariknya dan senikmat-nikmatnya penggambaran tentang orang yang menggunakan narkotika, saya tidak akan pernah tertarik untuk menggunakannya. Lebih baik beli es teler 77 atau ayam goreng Mbok Berek yang terjamin halal dan mengenyangkan. Bila dikaitkan dengan pribadi saya yang dinilai banyak teman sebagai sosok yang idealis, menurut saya narkotika hanyalah pelarian orang-orang yang kelebihan uang. Narkotika hanya untuk mereka yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan hidup dengan jalan yang kreatif, iman, dan ilmiah. Narkotika no, Psikologi Komunikasi yes!

KESIMPULAN
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sehingga, bila melihat film “Traffic”, persepsi yang dapat ditangkap adalah : kita tidak hanya mendapatkan pengalaman tentang film “Traffic” itu sendiri, tapi juga pengalaman bagaimana cara, alasan, serta tujuan mengapa kita menontonnya.
Cara saya mendapatkan, yakni dengan menyewa VCD Original “Traffic” Video Rental Chainshop “Odiva” yang terletak di lantai II KFC depan Mirota Kampus dengan harga Rp 4.000,- dan masa peminjaman selama 5 hari. Saya menontonnya dengan menggunakan fasilitas komputer, yakni CD Room, dengan meluangkan waktu sekitar 4 jam untuk konsentrasi memperhatikan jalan cerita dari film “Traffic” itu sendiri.
Cukup dikalikan bila akhirnya saya harus menontonnya sebanyak 3 kali untuk memahami benar isi film tersebut agar berdampak pada hasil tulisan yang akan dikumpulkan menjadi tugas Mata Kuliah “Psikologi Komunikasi”. Namun, meskipun demikian, sedikitpun saya tidak merasa rugi karena film “Traffic” benar-benar memberikan pesan yang penting.
Pesan yang dapat saya tangkap, yakni pemahaman bahwa dalam setiap individu itu pasti memiliki unsur dan motif yang berbeda karena adanya pengaruh dari luar manusia itu sendiri sehingga menyebabkan ia berpersepsi dan berperilaku yang sesuai ataupun yang tidak sesuai dari prinsip kebenaran. Bahkan kadang terjadi sekalipun ia tahu bahwa tindakannya itu salah, melanggar norma, bertentangan dengan kelaziman, namun ia tetap bertindak yang tidak sesuai dengan nuraninya sendiri akibat keadaan yang memaksanya demikian. ***

(Tugas Mata Kuliah Psikologi Komunikasi, D3 Public Relations UGM, Tahun 2003)

1 komentar:

  1. Saya juga nonton traffic ini diulang2 baru bisa ngerti baca ulasan mbak tambah paham, alur cerita nya. Memang sip jalan ceritanya.

    BalasHapus

Komenku buat nitastory kali ini...