Bingung…
Nih mo ngapain dulu?
Ke kiri ato kanan?
Yups, itu yang aku rasain ketika pertama kali menginjakkan kaki di arena kolam renang Fantasy Island yang letaknya tak jauh dari Terminal Karya Jaya Palembang. Sarana serupa waterboom ini memang ’just only one’ di Palembang. Jadi, kalau hari Minggu sudah tiba, maka akan ramailah para pengunjungnya. Minggu, 3 Januari 2010 lalu, aku dan keluarga juga menyempatkan diri untuk mencoba berenang ke sana.
”Akhirnya, pernah juga ke Fantasy Island,” ujarku, ketika benar-benar masuk ke wahana yang sesungguhnya telah diresmikan oleh Walikota Palembang, Eddy Santana Putra, pada 13 September 2005 lalu itu. Iya, udah 5 tahun ada, tapi aku baru menyempatkan ke sana 5 tahun kemudian. Banyak alasan untuk tidak ke sana. Pertama, tidak ada referensi yang pernah ke sana untuk menggambarkan kalau suasananya menarik atau gimana-gimana. Kedua, letaknya yang di Jl. Indralaya-Palembang memang cukup jauh dari rumah. Kalau naik mobil, waktu yang ditempuh bisa mencapai 30-45 menit. Ketiga, tidak ada alasan yang cukup menguatkan untuk benar-benar ke sana.
Tapi, alasan-alasan itu kemudian dipatahkan begitu saja ketika Rakha, keponakaanku yang berusia 1,5 tahun yang selama ini tinggal di Bangko-Jambi ada di rumah. Juga ada referensi dari Niken, temen di GSC Sudirman dulu, yang ngasih tahu tentang harga. (Thanks, Niken...) Niat untuk ke Fantasy Island yang memiliki berbagai fasilitas, seperti water boom, kolam renang, kolam renang arus deras yang memutar, dan wisata air lainnya, serta sirkuit minim go kart itu pun terlaksana.
Seharusnya dari pagi sudah ke sana karena pasti akan bisa menikmati semua fasilitas dengan cukup nyaman. Namun, pagi di hari Minggu itu, juga ada acara yang harus kami ikuti. Kebetulan, kakaknya pacar adikku menikah, jadi kami pun ingin turut serta memberikan doa restu. Jadinya, keberangkatan ke Fantasy Island dilakukan siang menjelang sore. Untungnya, cuaca Palembang sangat bersahabat, ia tidak terik seperti biasanya. Jadi, tidak perlu mengeluarkan kocek tambahan untuk membeli sunblock.
Harga tiket masuk hari itu Rp 45.000,- per orang. Untuk Rakha sendiri gratis karena ada ketentuan anak di bawah umur 2 tahun free. Jadi, yang ikut masuk kali itu adalah aku, Rakha, Yuk Empit (bundanya Rakha), adikku Dewi dan Dian, serta sepupuku Ketik. Sedangkan Juju yang nyopir memilih nunggu di luar, juga ibu yang kurang enak badan juga memilih menunggu di luar. Yah... padahal ibu seharusnya ikutan masuk, karena dia satu-satunya dari keluargaku yang pintar berenang. Hee...
Apa yang pertama kali kurasakan ketika masuk? Yak, bener, seperti yang sudah kutulis di atas. Aku bingung mo ngapain dulu. Jadi, usai membeli tiket, kami masuk ke arena kolam berenang setelah sebelumnya tiketku dirobek dan punggung telapak tanganku distempel oleh petugas jaga. Stempelnya sederhana banget, gak kayak Dufan yang ada gambar badutnya, tapi cuma angka 5 dalam lingkaran. ”Mudah banget ditiru nih,” kata Ketik ketika udah di rumah. ”Iya, tapi tetep aja harus nunjukin tiket masuk kan. Jadi tetep gak bisa menyelinap,” kata Dewi menimpali.
Yah, segitunya pengen nyoba menyelinap. Hal ini karena, menurutku, tarif yang dikenakan emang rada mahal. Agak gak sesuai dengan apa yang bisa kita lakukan di dalamnya. Jadi, ketika masuk, kita harus beli kunci loker untuk menaruh barang-barang yang kita bawa. Harga kunci loker (gembok kecil baru dengan 3 kunci untuk membukanya) itu Rp 7.000,- Jadi, saran nih, kalau mau ke Fantasy Island, mending bawa kunci dari rumah sebanyak-banyaknya. Coz, ukuran loker sendiri kecil banget. Cuma muat untuk 1 tas.
Di dalam, ketika kami masuk, suasana pun sudah sangat riuh. Di sana memang gabung antara wahana berenang dengan taman dan food court. Jadi terlihat agak ’berantakan’. Apalagi itu hari Minggu, jadi kebayangkan banyaknya orang tumplek blek di satu-satunya tempat rekreasi Wong Palembang itu. Usai kebingungan tentang menaruh barang-barang di loker, akhirnya suasana bisa agak dinetralisir setelah bisa nyemplungin diri ke kolam renang. Kolam renang yang pertama aku coba yakni kolam renang arus deras yang melingkar. Jadi, kami berenang memutari kolam berenang itu.
Rakha yang melihat kami berenang tentu ingin ikutan masuk air. Akhirnya, kami keluar dari kolam arus deras, dan masuk ke kolam khusus anak-anak. Ukuran ketinggian airnya ’cetek’ banget, sekitar 50 cm. Cuma Rakha jadi bisa main di sana. Ketawa-ketawa, sambil mencipratkan air ke kami semua. Deuh, kalo sudah liat senyum anak kecil satu itu, kayaknya manisnya ice cream conello pun kalah jauh.
Usai itu, kami mencoba wahana waterboomnya. Yah, agak kecewa dengan seluncur berwarna kuning yang paling panjang kelokannya. Ternyata tidak licin sama sekali. Bayangin, aku harus mendorong-dorng pantat sampai akhirnya tercebur ke air. Tapi, pas nyoba seluncur pendek yang biru, wadow, malah ngebut banget hingga ketika terhempas di dalam air, rasanya semua air itu masuk ke dalam hidungku. Ampun, abis itu gak nyoba lagi, padahal masih ada seluncur berwarna oranye yang belum di coba.
Abis itu, kami pun masuk di kolam berenang normal. Baru di sini bisa berenang sepuas-puasnya. Meski rame juga, tapi bisa sedikit berenang dalam kategori olahraga sesungguhnya. Beuh, tapi gara-gara kelamaan berenang di sini, ketika bangun tidur di Senin pagi, lengan atasku bener-bener kayak abis dipukul orang. Pegelnya minta ampun! Sampe-sampe mo buka kaos untuk mandi pun susah banget. Hee...
Oya, aku lupa, pas mo udahan, di Fantasy Island juga ada badut-badutan yang memakai kostum dinosaurus. Ada 2, yakni dinosaurus merah dan hijau. Tapi, yang sempat kami ajak foto bersama itu cuma yang merah. Itu pun sudah bikin Rakha melonggo-longo.
Hee... Well, secara keseluruhan aku kasih nilai untuk Fantasy Island... Hm... 7,5/10 deh! Agak tinggi karena di sana, kami emang bisa ketawa-ketawa dengan senangnya. Kurangnya, karena beberapa hal yang kurang memuaskan seperti yang sudah kutulis di atas. Oya satu lagi, pesanku, kalo ke sana mending bawa makanan dari rumah. Coz makanan di food courtnya (kedai makan) kurang enak.
So, kalo ditanya masih mau gak kalo aku suatu ketika diajak ke Fantasy Island lagi? Hee... Yaa, selagi gak ada tempat yang lebih keren dari Fantasy Island, why not! Mau.. mau.. mau... Yuks, kita ke Fantasy Island.... (Sba)
Waduh.. panjang bener ceritanya.
BalasHapusHee.... lagi semangat nulis, jadi rada panjang... :D
BalasHapusbener mbak nita.. emang seru pakek "banget" deh k fantasy island..
BalasHapusAnonim: skrg, gak pernah lg ksana, terakhir nyobain Opi Water Fun, seru juga... :D
BalasHapus