Rabu, Maret 31, 2010

Bunga Mimpi

Pagi ini, pendar-pendar kantuk masih kurasakan di mataku. Sesekali geliat kecil kulakukan agar semangat itu masih tetap menempel di tubuhku untuk menemaniku beraktifitas hari ini. Satu, dua kali kesempatan, tiba-tiba senyum terkembang di bibirku. Hm, kenapa? Apa ada yang aneh. Bangun kesiangan, badan masih tak berdaya, namun senyum tiba-tiba muncul. Fiuh... aku ternyata masih bisa ingat penyebabnya. Ini karena mimpiku tadi malam. Mungkin bukan ketika malam. Karena biasanya mimpi yang mampu kuingat hanya mimpi menjelang bangun tidur.

Yah... serasa aku kembali di masa sekolah. Masa SD. Saat ketakutan untuk menyapa orang yang kita taksir melanda. Namun di mimpi itu, sebuah momen, aku berani menyapanya dengan biasa. Bahkan memegang lengannya, lalu bicara seakan semuanya normal. Luar biasa. Aku pikir ini memang luar biasa. Ketakutan itu kulawan melalui mimpiku. Walau hanya melalui mimpi, aku sungguh berterima kasih atas malaikat mimpi yang menghadirkan bulir mimpi padaku tentang itu.


Masa SD adalah masa yang paling ingin segera kulalui. Masa transisi yang penuh dengan rasa negatif. Teman-teman yang aneh, keberandalan khas kampung, dan ada jurang pemisah melihat anak-anak yang berada di tingkat ekonomi tinggi dengan mereka yang biasa-biasa saja. Namun diantara semua itu hal yang paling meresahkan buatku adalah tentang dia. Sesosok manusia yang namanya tak boleh disebut.

Tak akan pernah kusebut. Ini demi masa lalu dan masa kini. Yang aku tahu, takdir sudah menciptakan garis nadirnya sendiri. Hidupnya dan hidupku. Hanya mungkin setiap ada kesempatan, pernah terfikir olehku, andai kejadian buruk itu tak pernah ada. Andai bisa berjalan dengan normal. Andai pernah ada relationship seperti yang kubayangkan, kira-kira apa yang sedang kujalani kini?

Fiuh... Cinta-cinta di masa lalu. Cinta anak kecil, cinta yang penuh ketakutan, cinta yang penuh keganjilan. Perebutan, cemburu aneh, hingga caci maki yang bukan untuk tujuan sebenarnya. Tentunya ada yang masih bisa dibangun kini, meski perasaan yang ’lain’ itu akan tetap hinggap.

Inilah yang terjadi, kebisuan nurani tentang masa lalu yang tidak diinginkan. Hingga seharusnya menjadi pembelajaran. Bahwa apa yang bisa diperjuangkan harus bisa tetap diperjuangkan hingga diri merasa tak sanggup lagi. Namun, jika ternyata perjuangan itu hanya bisa dilakukan dalam diam? Membiarkan waktu yang menjadi obat penawar terakhir. Hanya bisa tersenyum. Semoga hidup tak kembali mempermainkan perasaan ini lagi.

6 komentar:

  1. yeah.. setiap manusia mempunyai masa2 yg dimana ia tidak ingin ungkit dan kenang,, alangkah lebih baiknya kalau kita melihat ke depan.. karena tidak peduli dimana sekarang kau berpijak, tapi yg penting kemana kau akan melangkah. :)

    BalasHapus
  2. klo ibu psikolog lah ngomong, laen nian rasonyo... thanks la koment... hehehe...

    BalasHapus
  3. hai ta, iya bener kata melda :)
    yang penting gmn kita menghadapi hari ini,dan esok. jangan balik kebelakang lagi :)

    BalasHapus
  4. g bmaksud ke belakang, kok ta... cuma mimpi itu bikin kita kembali mikir. dan 2 berikutnya ad mimpi sambungan & kejadiannya bener2 spt ap yg kuinginkan. hahaha...

    BalasHapus
  5. kurang kata 2 "hari".... :D

    BalasHapus

Komenku buat nitastory kali ini...