Rabu, Maret 03, 2010

Bye-Bye Geraham Bungsu

Akhirnya, aku bisa bernafas lega. Kemarin, Selasa (2/3), proses pencabutan benang dari gusiku lepas sudah. Rupanya, lumayan sakit juga rasanya saat gunting itu menyenggol gusi dan pipi bagian dalam. Apalagi dokter gigi yang melayani bukan dokter utama. Bukan apa-apa, kalo dokter gigi utama kan, lebih ramah terhadap pasiennya. Kalo yang ini, diem, tiba-tiba langsung maen gunting aja. Fiuh... rasanya mo nangis tapi kan udah gede, jadi ditahanin aja...

Well, jadi di sini cerita bermula. Pasca tugas keluar kota dari Pangkal Pinang, Minggu (7/2) panas dalamku kumat. Diawali dengan sakit demam, lalu sariawan yang munculnya langsung banyak, padahal dulu-dulunya gak pernah sekalipun terkena sariawan, kemudian yang terakhir radang gusi tepat di gigi geraham bungsu bawah sebelah kiri. Satu per satu penyakit itu sembuh. Thanks for Bu Dokter yang udah ngasih obat yang tepat sehingga bisa segera sembuh. Tapi, selain obat dari dokter, untuk yang sariawan, aku memang rajin menggunakan segala macam obat agar bisa segera sembuh. Sebut saja madu asli, air kelapa hijau, salep Kenalog, Lasegar, dll. Akhirnya setelah 1 minggu, sariawan itu lenyap sudah. Thanks God...


Pasca berobat ke dokter umum (dr. Susi Alianti), esoknya aku juga berobat ke dokter gigi (drg. Nuraini pengganti drg. Farida Dmajaludin, MM.Kes). Mumpung ada kartu In Health dari Askes... Hee... Dari hasil pemeriksaan, aku diketahui menderita perikonitis. Aku juga dijelaskan bila ingin sembuh, maka pusat penyebabnya harus dihilangkan. Artinya, aku harus mau melakukan operasi kecil untuk mencabut gigi geraham paling belakangku karena tumbuhnya tidak normal. Memang tidak normal, gigi itu tumbuh ke arah pipi. Dari 2 tahun lalu dia muncul, tidak pernah tumbuh sempurna. Suatu ketika, gigi ini sering menimbulkan nyeri di gusi. Selain, kata dokter juga, mungkin karena gigi ini jugalah aku sering mengalami migren.

Aku memilih untuk dirujuk operasi di RS RK Charitas Palembang. Di sini, ada drg. Ny. Prasanto yang akan membantuku. Total kunjunganku ke rumah sakit ini 3 kali. Pertama, hanya dilihat giginya lalu diberi resep obat. Dikatakan bahwa gusiku masih radang, jadi 3 hari lagi baru datang kembali. Kunjungan kedua, barulah operasi geraham bungsu itu dilakukan. Butuh keberanian untuk itu. Meski di kursi pesakitan itu, aku cuma memilih untuk memejamkan mata kuat-kuat. Beberapa kali disuntik, beberapa kali dilakukan proses, lalu sempat kudengar dokternya bilang ke asisten yang memegangi kepalaku, ”Sekarang action, yaa...” Haa? Sampai akhirnya, dokter yang baik hati itu menyuruhku menggigit kapas agak kuat, aku baru sadar kalau proses pencabutan sudah selesai.

Hm... Yang bikin sakit itu ternyata bukan ketika giginya dicabut, tapi ketika pengaruh obat biusnya hilang. Aku memilih untuk tidur di kamar, sembari menelfon kantor terlebih dahulu kalau aku tidak bisa masuk kerja hari Sabtu (20/2) itu. Kunjungan ketiga, yah kemarin itu. Pasca 10 hari operasi, aku harus datang lagi untuk pencabutan jahitan operasinya. Prosesnya cukup cepat, tapi agak nyeri juga. Hh... Tapi, ujung-ujungnya, aku tetap harus bersyukur atas kesuksesanku melalui hari-hari itu... (Hehehe... maksudnya apa ini?) Juga untuk pihak-pihak lain yang telah membantu, seperti GSC atas kartu In Health-nya, RS RK Charitas atas dokternya yang profesional, dan my mom atas kesediaannya mengantar ke rumah sakit. Thanks for everything... God bless us!

Nb: Aku terbantu dengan tulisan dari blog senyum sehat ini ketika memutuskan untuk melakukan operasi geraham bungsu... :)

3 komentar:

  1. Berapa biaya nya mbak ? sakit gak pas jalani operasi nya ? soalnya lihat peralatannya aj udah nyeri duluan :D

    BalasHapus
  2. Wah kak sama banget kaya aku lagi mengalami sekarang.. persis sama yang kakak alami tahun tersebut. Senang bacanya jadi ga merasa sendirian�� terima kasih kak!

    BalasHapus

Komenku buat nitastory kali ini...