Hai, pa kabar, semuanya? Semoga slalu sehat yaaa... Makasih untuk selalu setia mengunjungi blogku, baik untuk sekadar melihat tanpa nulis koment, ato yang udah menyempatkan waktunya menulis koment, apapun itu. Yang jelas, aku selalu memantau angka pengunjung yang hadir, yaah... sedikit demi sedikit, angkanya udah lumayan. Hee… *klo nulis koment, lebih menyenangkan, sih... ^^*
Oke, sekarang aku mo berbagi cerita lagi untuk kalian semua dan kali ini aku bercerita tentang dunia baru yang akan segera kumasuki. Yups, kuliah lagi! Tapi kali ini di tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya, tepatnya di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan program studi Kajian Budaya dan Media (KBM).
Tau tentang KBM sendiri karena ngeliat-liat pilihan program studi di situs Pascasarjana UGM bulan Januari 2010 lalu. Kan aku emang nyari yang cocok untuk melanjutkan pendidikanku sebelumnya yang ambil Ilmu Komunikasi. Rasanya sayang untuk ambil jurusan laen, seperti MM ato MAP yang di Palembang sendiri sebenarnya juga ada. Dan ternyata, aku pun udah tergabung di grup facebook KBM itu sendiri karena diundang oleh Mas Anhar, leluhur di organisasi yang kuikuti pas S1, LPM VISI FISIP UNS.
Nih, blog yang sengaja kubuat untuk saling berbagi cerita ttg dunia yang kujalani, ttg hidup yg begitu uniknya, ttg apapun yang berhasil mengusik perhatianku untuk segera kurangkai dalam kata-kata sehingga mengalir sebuah kisah yang menarik...
Sabtu, Juli 24, 2010
Selasa, Juli 20, 2010
Sakit Hati
Apakah kau pernah sakit hati? Aku pernah, dan mungkin sekarang aku sedang merasakan itu. Sakit hati. Kenapa sakit hati bisa aku atau kau rasakan? Mudah jawabannya, karena kita berhubungan dengan orang lain. Saat kita berhubungan dengan orang lain, maka otomatis kita mengembangkan standar hubungan bila kondisi hati yang ada harusnya hanya kebahagiaan, kesenangan, suka cita. Dan bilamana sakit hati muncul? Jelas, pada saat orang yang berhubungan dengan kita itu bersikap di luar standar yang sudah kita buat sebelumnya.
Jadi, bagaimana cara gampangnya agar kita terhindar dari sakit hati? Yah, kita tidak usah berhubungan dengan orang lain. Cukuplah kebahagiaan itu kau ciptakan sendiri tanpa harus bergantung dengan ada atau tidak adanya seseorang. Mungkin hal ini terdengar egois, tapi memang itu faktanya. Pembelajaran ini baru saja datang ke alam pikiranku usai monolog yang kulakukan ba’da sholat Zuhur.
Menjadi filsuf dadakan kadang membuat kita mengerti diri kita sendiri. Bahwa kita adalah manusia biasa, manusia yang wajar bila diberi cobaan untuk sakit hati, untuk kecewa, untuk menangis, untuk marah, ataupun untuk tidak percaya akan siapapun atau apapun di dunia ini. Kamu manusia, bung! Maka tak selamanya senang kan kau rasakan, sekali-kali sedih pasti iya.
Jadi, bagaimana cara gampangnya agar kita terhindar dari sakit hati? Yah, kita tidak usah berhubungan dengan orang lain. Cukuplah kebahagiaan itu kau ciptakan sendiri tanpa harus bergantung dengan ada atau tidak adanya seseorang. Mungkin hal ini terdengar egois, tapi memang itu faktanya. Pembelajaran ini baru saja datang ke alam pikiranku usai monolog yang kulakukan ba’da sholat Zuhur.
Menjadi filsuf dadakan kadang membuat kita mengerti diri kita sendiri. Bahwa kita adalah manusia biasa, manusia yang wajar bila diberi cobaan untuk sakit hati, untuk kecewa, untuk menangis, untuk marah, ataupun untuk tidak percaya akan siapapun atau apapun di dunia ini. Kamu manusia, bung! Maka tak selamanya senang kan kau rasakan, sekali-kali sedih pasti iya.
Sabtu, Juli 17, 2010
Saat Awam Memahami Peranan Bea & Cukai
Setiap lembaga yang ada di Republik Indonesia jelas memiliki peran masing-masing yang pada akhirnya bertujuan untuk pembangunan nasional. Kalaupun berkaitan pula dengan perlindungan masyarakat, hal ini tentu menambah peran penting lembaga tersebut. Salah satu lembaga yang memiliki dua peran penting tersebut sekaligus adalah Bea & Cukai. Namun mungkin, masih banyak dari kita yang tidak memahami hal itu karena informasi yang kita dapat cenderung tertutupi oleh banyaknya pemberitaan yang justru tidak berkaitan dengan tugas utama yang diemban oleh Bea & Cukai itu sendiri.
Pengertian Bea & Cukai adalah nama dari suatu instansi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang kepabeanan/pabean dan di bidang cukai. Bea & Cukai pada zaman Belanda dulu sering disebut dengan Duane, di negara lain disebut dengan Douanes, Customs, dan lain-lain. Nama resmi dari Bea & Cukai adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, disingkat DJBC. Dari segi kelembagaan, DJBC dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal atau setara dengan unit eselon 1, yang berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia sebagaimana juga Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan lain-lain.
Isi Hari Ceria Bersama Tango Waffle Crunchox
Sekarang mungkin menjadi masa-masa yang agak menjemukan buatku. Menunggu dan menunggu. Yah, pasca habis kontrak dari kerjaanku pada pertengahan April 2010 lalu di Palembang, aku memutuskan untuk melanjutkan sekolahku ke jenjang S2 di Yogyakarta. Waktu belajar sudah dilalui, masa tes masuk yang terdiri dari tes TOEFL dan TPA pun sudah dilakukan pada tanggal 23 Juni 2010 lalu. Sekarang adalah masa menunggu pengumuman penerimaan S2 tersebut. Sewaktu habis tes itu memang tidak dijelaskan secara pasti kapan pengumuman akan diberikan. Entah harus menunggu 1-2 bulan, yang jelas pengumuman akan dilakukan melalui media internet.
Selama di Yogyakarta, aku tinggal di tempat mertuaku. Di suatu desa di ujung Jalan Wates Km. 14 Bantul, Yogyakarta. Nama desanya adalah Dingkikan. Aku adalah anak kota, itu harus jujur kukatakan. Entah sampai detik kapan aku merasa terjebak berada di tengah-tengah areal persawahan yang banyak ditumbuhi pohon kelapa dan riuh dengan suara belalang ini. Tapi yang jelas, aku merasa mulai bisa beradaptasi ketika hal yang dulu pernah kurasakan di kota bisa juga kurasakan di sini. Kamu tahu apa? Ya, betul, ketika aku juga bisa menemukan Tango Waffle Crunchox yang kemudian mengganti masa-masa jenuhku dengan masa yang penuh semangat untuk mengisi hidupku dengan hal-hal yang bermanfaat.
Selama di Yogyakarta, aku tinggal di tempat mertuaku. Di suatu desa di ujung Jalan Wates Km. 14 Bantul, Yogyakarta. Nama desanya adalah Dingkikan. Aku adalah anak kota, itu harus jujur kukatakan. Entah sampai detik kapan aku merasa terjebak berada di tengah-tengah areal persawahan yang banyak ditumbuhi pohon kelapa dan riuh dengan suara belalang ini. Tapi yang jelas, aku merasa mulai bisa beradaptasi ketika hal yang dulu pernah kurasakan di kota bisa juga kurasakan di sini. Kamu tahu apa? Ya, betul, ketika aku juga bisa menemukan Tango Waffle Crunchox yang kemudian mengganti masa-masa jenuhku dengan masa yang penuh semangat untuk mengisi hidupku dengan hal-hal yang bermanfaat.