Saya bahagia, hari ini, Sabtu, 26 Mei 2018, bisa hadir di Atrium Palembang Indah Mall (PIM) untuk menyaksikan Grand Launching All New Ertiga Palembang dengan tagline The New Face of Urban MPV. Rasa grand launching itu semakin menyeruak ketika selimut hitam yang membungkus 3 mobil All New Ertiga yang berwarna Merah, Silver dan Putih secara berbarengan dibuka. Pembukaan selimut itu dilakukan oleh pihak Suzuki Sumatera Selatan (Thamrin Group) dari PT. Nusa Sarana Citra Bakti yang beralamat di Suzuki Kamboja Jl. Mayor Santoso No. 31-38 Palembang – Sumatera Selatan 30121 di hadapan semua undangan, media, dan para pengunjung Palembang Indah Mall yang ada di sana.
Saya ke sana tidak sendirian. Bersama putri kesayangan saya yang masih duduk di kelas 1 SD, Fafa, kami berdua berangkat dari rumah menuju PIM pada pukul 15.45 WIB. Mengendarai Suzuki Karimun Wagon Blue Lagoon yang saya beli di akhir tahun 2014 lalu di Suzuki Kamboja, kami pun melintasi jalanan Palembang yang sangat padat. Alhasil, sempat terjebak macet dari depan Palembang Square hingga lampu merah Simpang DPRD karena sedang ada pembangunan LRT yang dipersiapkan untuk menyambut Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.
Nih, blog yang sengaja kubuat untuk saling berbagi cerita ttg dunia yang kujalani, ttg hidup yg begitu uniknya, ttg apapun yang berhasil mengusik perhatianku untuk segera kurangkai dalam kata-kata sehingga mengalir sebuah kisah yang menarik...
Sabtu, Mei 26, 2018
Selasa, Mei 22, 2018
#PesonaRamadan2018 Tradisi Ramadan Keluarga HAR di Kota Palembang
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya kembali melihat banyak masyarakat berkumpul di halaman Rumah Limas milik Keluarga Haji Abdul Rozak (HAR) hari ini, Selasa, 22 Mei 2018. Bangunan rumah bari atau rumah khas Sumatera Selatan yang berwarna coklat itu tetap berdiri anggun meski gedung-gedung tinggi sudah berdiri di sekelilingnya. Letaknya yang berada di pinggir jalan utama Palembang, Jl. Jenderal Sudirman Km. 3,5 Palembang itu tentu menarik perhatian orang yang melaluinya, termasuk saya.
Sabtu, Mei 12, 2018
Tampil Lebih Struggle Dengan Yamaha Lexi S
Hari ini, Sabtu, 12 Mei 2018, kegiatan saya sangat padat. Dari pukul 08.00 WIB saya sudah harus berada di Gedung 8 Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka. Iya, kampus yang berada di Jl. Swadaya Sekip Ujung Palembang ini masih menyelenggarakan sidang skripsi periode 1 tahun 2018 di hari ke-4 juga untuk keempat jurusan bidang S1-nya. Selain Jurusan Ilmu Komunikasi yang saya bidangi, juga ada Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Jurusan Politik.
Seperti 3 hari sebelumnya, hari ini, lagi-lagi saya harus kena telfon dulu oleh Deby Chyntia, pihak BAAK kampus yang menjadi panitia pelaksanaan sidang skripsi. Iya, bukan hal yang patut dicontoh memang, meski keterlambatan yang paling lama saya lakukan itu adalah 15 menit. Masih sempatlah untuk tetap melaksanakan sidang skripsi mahasiswa yang masing-masing berdurasi 1 jam. Tapi yah itu tadi, dering panggilan dari Debby pernah sampai 6 kali menghiasi smart phone saya yang terpaksa tidak saya angkat karena sedang berjuang untuk melesat cepat di tengah macetnya Kota Palembang saat ini.
“Maaf Deb, tadi sudah berusaha lebih pagi berangkatnya, tapi tetap aja kena macet di jalan,” ujar saya ketika tiba dan Deby sudah menunggu di depan pintu Gedung 8. Yah, begini nih, resiko tinggal di kawasan perkotaan yang sedang macet-macetnya karena pembangunan di mana-mana. Terlebih kalau pagi, saya harus mengantar sekolah putri kesayangan saya dulu, Fafa, yang sekarang duduk di kelas 1 SD Muhammadiyah Palembang. Tambah tidak bisa bergerak cepat karena saya menggunakan alat transportasi mobil untuk kemana-mana. Ingin sih, pakai motor, tapi kadang personal image selain sebagai dosen yang juga sebagai Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka ini yang membuat saya kembali berpikir.
Seperti 3 hari sebelumnya, hari ini, lagi-lagi saya harus kena telfon dulu oleh Deby Chyntia, pihak BAAK kampus yang menjadi panitia pelaksanaan sidang skripsi. Iya, bukan hal yang patut dicontoh memang, meski keterlambatan yang paling lama saya lakukan itu adalah 15 menit. Masih sempatlah untuk tetap melaksanakan sidang skripsi mahasiswa yang masing-masing berdurasi 1 jam. Tapi yah itu tadi, dering panggilan dari Debby pernah sampai 6 kali menghiasi smart phone saya yang terpaksa tidak saya angkat karena sedang berjuang untuk melesat cepat di tengah macetnya Kota Palembang saat ini.
“Maaf Deb, tadi sudah berusaha lebih pagi berangkatnya, tapi tetap aja kena macet di jalan,” ujar saya ketika tiba dan Deby sudah menunggu di depan pintu Gedung 8. Yah, begini nih, resiko tinggal di kawasan perkotaan yang sedang macet-macetnya karena pembangunan di mana-mana. Terlebih kalau pagi, saya harus mengantar sekolah putri kesayangan saya dulu, Fafa, yang sekarang duduk di kelas 1 SD Muhammadiyah Palembang. Tambah tidak bisa bergerak cepat karena saya menggunakan alat transportasi mobil untuk kemana-mana. Ingin sih, pakai motor, tapi kadang personal image selain sebagai dosen yang juga sebagai Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka ini yang membuat saya kembali berpikir.
Minggu, Mei 06, 2018
Senangnya Menggunakan Softlens X2 Bio Glaze
Mata adalah jendela hati. Melalui mata kita bisa melihat segala hal yang indah di hadapan kita. Melihat bunga, makanan, gedung yang tinggi, atau apapun itu yang membuat kita bersyukur memiliki panca indra utama ini. Buat orang Indonesia, mata, yang dalam hal ini bagian irisnya, rata-rata berwarna hitam atau coklat tua. Kadang, keinginan untuk mencoba iris warna lain tentu menghinggapi untuk tampil beda, termasuk saya.
Ketika mendapatkan kesempatan mencoba softlens X2 Bio Glaze dari Exoticon, saya langsung tertarik. Hal ini karena saya pikir, kapan lagi bisa tampil beda, meski kekhawatiran yang kemudian hinggap adalah, “Ah, nanti mata saya cepat kering.” Atau “Aduh, bahaya gak yaa pakai softlens lama-lama?” ikut melanda.
Ketika mendapatkan kesempatan mencoba softlens X2 Bio Glaze dari Exoticon, saya langsung tertarik. Hal ini karena saya pikir, kapan lagi bisa tampil beda, meski kekhawatiran yang kemudian hinggap adalah, “Ah, nanti mata saya cepat kering.” Atau “Aduh, bahaya gak yaa pakai softlens lama-lama?” ikut melanda.