Kamis, Desember 15, 2011

Saya dan DealKeren

Ini posting saya yang ke-11 tentang DealKeren. Sebuah tulisan yang saya janjikan untuk Mas Reza Yazdi, salah satu bagian dari Tim DealKeren itu sendiri. Orang yang memberikan saya senyum sumringah setiap dua minggu sekali karena bisa terus menjadikan DealKeren sebagai bagian dari hidup saya. Hee, ada temen saya bilang, ini seperti sebuah lingkaran kesenangan. Saya sih memang meresponnya dengan sebuah anggukan yang mantap. Hee, penasaran lingkaran kesenangan apaan? Lanjutkan aja bacanya, yaa...

Seperti posting cerita pertama saya tentang DealKeren, saya kenal DealKeren pada pertengahan Mei 2011 lalu. Merchant yang pertama kali saya coba adalah Bluma Family Salon dan sampai saat ini saya sudah pernah melakukan deal di 18 merchant melalui situs ini. Kalau berdasarkan tulisan, berarti sudah 10 merchant yang saya kisahkan di blog ini, sedangkan yang lainnya masih rapi tersimpan di folder. Namun makna tersimpan di folder di sini sendiri bermacam-macam, ada yang memang belum dipakai atau ditukarkan, ada yang batal digunakan, dan ada juga yang memang sudah digunakan tapi menunggu giliran untuk dipostingkan ceritanya.

Tentang definisi apa itu DealKeren, saya sarankan temen-temen kembali membaca tulisan saya yang pertama saja tentang DealKeren Story. Saya tidak mau wasting note mengenai hal itu. Namun mungkin bahasa simpelnya, kalo emang temen-temen lagi gak punya waktu untuk membaca ulang, DealKeren adalah sebuah situs diskon yang memberikan promo diskon kepada semua membernya. Diskon ini berkisar 50 – 90 % untuk setiap merchant yang melakukan kerjasama promo di situs living social terbesar di Indonesia ini. Yups, sebuah tawaran yang sangat menarik bukan?

Akhirnya, karena penawaran diskon yang sangat gila, menurut saya, misalnya untuk perawatan salon yang seharusnya dibayar Rp 60.000,- melalui DealKeren, kita cukup bayar Rp 10.000,- saja, sayapun kemudian membeli voucher diskon Bluma Salon Family melalui DealKeren tersebut. Langkah yang harus saya lakukan, tentu saja pertama harus buka situs DealKeren itu terlebih dahulu. Kemudian melakukan pendaftaran sebagai member, dan melakukan transaksi pembelian. Setelah itu, melakukan aktifitas pembayaran melalui transfer ATM, dan kembali melakukan konfirmasi bila sudah membayar via website DealKeren itu lagi. Bila sudah, tidak menunggu terlalu lama, kita pun sudah bisa mencetak voucher diskon melalui website DealKeren berdasarkan akun yang sudah kita daftarkan sebelumnya. Lalu, kita print vouchernya, dan segera bisa kita tukarkan ke merchant yang bersangkutan sesuai tanggal berlaku penukaran voucher.

Pengalaman melakukan proses membayar sendiri voucher diskon itu sebenarnya hanya terjadi untuk 2 merchant, yakni Putri Kedaton Griya Kecantikan dan Spa serta Wendy’s. Sedangkan yang pertama, Bluma Salon Family sendiri saya titip beli sama temen sekampus saya yang juga member DealKeren. Saat itu, modem saya masih pake yang lama, jadi error-error terus. Karena masa pembelian juga dibatasi, akhirnya sayapun titip beli sama teman saya tersebut. Waktu penukaran sih gak ada masalah walau bukan nama kita sendiri. Kan memang voucher itu bisa dipindahtangankan ke orang lain, gak harus kita sendiri yang pakai. Nah, pengalaman pembayaran kemudian, inilah yang kemudian saya sebut sebagai sebuah lingkaran kesenangan. Bagaimana tidak, karena pada dasarnya saya boleh dikatakan gratis menikmati berbagai macam produk barang dan jasa dari deal-deal yang saya lakukan. Hal ini karena saya sangat memanfaatkan program Bloggert Alert yang ditawarkan oleh DealKeren itu sendiri.

Temen-temen bisa buka link-nya untuk mengetahui secara detil apa itu Bloggert Alert. Pendeknya, ini adalah sebuah review atau share pengalaman pasca kita menggunakan voucher DealKeren yang kita publikasikan melalui media blog yang kita punya. Setiap kali tulisan kita diposting, kita akan mendapatkan kredit Rp 50.000,- dari DealKeren dan tulisan itu juga harus memiliki jeda minimal 2 minggu dari tulisan sebelumnya. Cukup menarik kan? Nah, info ini sendiri memang spesial saya dapatkan melalui Mas Reza Yazdi yang menghubungi saya via email. Saya pun langsung menanggapinya positif, karena selain bisa menjadi bahan cerita untuk blog saya, saya pun bisa mendapatkan kredit yang bisa saya gunakan untuk melakukan pembayaran deal-deal lain yang saya inginkan.

Jadilah ini kebiasaan baru saya! Yups, jadi, selama 6 bulan terakhir, yang saya lakukan adalah melakukan deal, menggunakan voucher tersebut, menuliskan pengalaman di blog, mendapatkan kredit, melakukan deal lagi dan begitulah seterusnya. Sebuah lingkaran kesenangan! Dan memang benar-benar menyenangkan!!! Bisa dibuktikan dengan membaca posting-posting tulisan saya di entri DealKeren Story. Hee... Namuuuun.... Kesenangan itu ternyata tidak berlaku selamanya. Why? Nah, Mas Reza... Kan di email, Mas Reza sendiri bilang, saya disarankan untuk menuliskan kelemahan-kelemahan dari DealKeren sebagai bahan agar DealKeren lebih maju di masa mendatang tho? Nah, paragraf selanjutnya saya akan menuliskannya. Ready? Hee...

Kekecewaan terbesar saya adalah ketika dikabarkan kalau DealKeren cabang Yogyakarta ditutup sampai ada kebijakan lebih lanjut. Kabar yang saya kira cuma becandaan itu ternyata memang benar. Awal November 2011, ketika buka situs DealKeren, tooeeeww.... Gak ada satu pun penawaran untuk wilayah Yogyakarta! Asli, sedih banget... Alasan kalau manajemen ingin lebih memusatkan perhatian untuk Jakarta dulu mungkin cukup beralasan. Karena kalau saya perhatikan deal-deal yang ada, transaksi deal untuk wilayah Jakarta sangat fantastis ketimbang wilayah lainnya, apalagi Yogyakarta! Sangat timpang! Hal ini memang membuktikan kalau masyarakat Jakarta jauh lebih aware terhadap online shopping. Pun sekaligus mungkin karena persaingan antar merchant di sana jauh lebih ketat, sehingga membutuhkan media promosi berbeda, seperti dengan menggunakan jasa situs semacam DealKeren. Tapi dampak di sisi lain... Saya harus sedikit demi sedikit mulai melepaskan keintiman saya bersama DealKeren. Iya, itu benar! Mungkin kalau buka sekarang, masih ada penawaran, namun itu hanya penawaran dari merchant yang menawarkan barang yang dikirimkan langsung ke rumah. Tidak ada lagi tawaran dari restoran-restoran di Yogya, atau dari spa-spa di Yogya, seperti yang selama ini rajin saya gunakan.

Mungkin pepatah kalau kita akan benar-benar kehilangan kalau dia sudah tidak ada itu ternyata memang benar adanya. Hal ini jauh lebih menjadi titik berat yang perlu saya sampaikan di tulisan ini ketimbang memaparkan beberapa pelayanan yang kurang menyenangkan dari beberapa merchant yang saya temui saat melakukan penukaran voucher.

Namun, selain menekankan hal itu di atas, oke, saya tentu akan tetap memenuhi janji saya kepada Mas Reza untuk membuat sebuah penilaian obyektif atas kinerja sistemik yang dilakukan oleh DealKeren. Namun ini sesungguhnya subyektif juga karena dari sudut pandang dan pengalaman saya sendiri. Hee! Saya katakan sistemik karena saya sendiri tidak pernah berhubungan langsung dengan pihak DealKeren seperti transaksi manual biasanya, yups, semua dilakukan via online, via internet. Kita hanya lihat gambar, tulisan, angka dan jika tertarik lalu memutuskan untuk membeli. Baru kemudian saat mengunjungi merchant kita akan menemui kenyataan yang ada. Dan inilah, penilaian saya atas ke-18 merchant yang pernah saya beli vouchernya melalui situs DealKeren:
1.    Restoran yang Sepi
Saya masih memegang vouchernya hingga saat ini karena masa berlakunya masih sampai Februari 2012. Sebuah restoran di kawasan Mundu, Catur Tunggal Yogyakarta. Dua hari yang lalu saya berniat ke sana, cukup kerepotan karena peta yang tidak jelas. Eh, sampai di sana, pukul 12 siang, restoran terlihat sepi. Tidak ada pengunjung satu pun. Akhirnya, saya gak jadi masuk, dan memilih makan di tempat lain.
2.    Tempat yang Tutup
Yups, satu kali saya pernah membatalkan deal karena ternyata restorannya tutup. Benar-benar tutup! Makanya, saya heran, kok DealKeren milih kerjasamanya dengan merchant-merchant yang gak jelas begitu sih? Tapi, memang bentuk pengembalian kredit dari DealKeren berlangsung cepat, sehingga bisa langsung saya alihkan ke tempat lain.
3.    Pajak yang Tidak Termasuk
Kalau berdasarkan voucher, semua pajak sudah termasuk. Alhasil, ketika di restoran tersebut, saya memesan dan menghitung sesuai harga di menu. Saya bahkan mengurangi dari nilai voucher yang seharusnya. Ternyata ketika akan membayar, ada pajak yang harus saya bayarkan. Walaupun tidak banyak, namun ini menjadi tidak sesuai seperti yang dinyatakan di voucher.
4.    Lokasi yang Tidak Jelas
Membeli deal memang berarti kita mencoba hal yang baru. Tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah kita kunjungi, jadi bisa dikunjungi. Namun, pernah DealKeren menampilkan peta yang benar-benar tidak sesuai dengan alamat. Terlebih ada beberapa jalan di Yogyakarta yang namanya sama, seperti Jl. Wakhid Hasyim, namun letaknya berjauhan.
5.    Pelayanan Reservasi yang Buruk
Ini memang bukan kesalahan DealKeren, namun lebih ke merchant spa yang bersangkutan. Namun pengalaman ini cukup membuat jengkel. Untuk membuat reservasi saja, harus diatur berulang-ulang akibat padatnya jadwal merchant tersebut.
6.    Pembedaan Fasilitas bagi Pengguna Voucher
Sebelum melakukan perawatan ditanya dulu, pakai voucher atau tidak? Di waktu bersamaan melakukan perawatan dengan orang yang tidak menggunakan voucher dan saya lihat pilihan perawatan yang sama. Pada prakteknya, saya selesai lebih cepat dan langsung pulang. Sedangkan konsumen lain tersebut lebih lama dan diberikan minuman.
7.    Interpretasi yang Berbeda antara Konsumen & Merchant
Kita pikir cukup dengan satu voucher sudah akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa yang ditawarkan. Ternyata, ketika di merchant, itu belum termasuk biaya vitamin dan blow. Artinya? Meski diberikan pilihan terlebih dahulu, mau pakai vitamin juga gak, Mbak? Tapi kena tambahan sekian, bla... bla... bla... Karena kita sudah terlanjur ke tempat tersebut dan menginginkan hal yang maksimal, terpaksa harus mengeluarkan dana lagi di luar voucher.
8.    Sold Out yang Menyebalkan
Hahaha! Kenapa saya bilang menyebalkan... Karena saya benar-benar ingin deal itu namun saya tidak bisa membelinya gara-gara sudah dinyatakan sold out! Yups, deal Matahari dulu tuh kalo gak salah... Padahal saya cuma ketinggalan waktu 3 jam pasca deal tersebut ditayangkan. Tp, yah, mo gimana lagi, mo ditekan-tekan klik belinya, kalo sudah sold out, yah kita gak bisa beli lagi. Tinggal gigit jari deh... Hee!

Well, itulah 8 poin penilaian kritis saya untuk DealKeren berdasarkan pengalaman selama ini menggunakan voucher-vouchernya. Semoga ini dijadikan masukan agar ke depannya DealKeren dapat menjadi lebih baik lagi. Namun, sekali lagi, seperti yang sudah saya tuliskan di atas, saya lebih memberikan apresiasi jika DealKeren kembali membuka cabangnya di Yogyakarta. Apa mungkin saya bisa dijadikan bagian internal DealKeren untuk cabang Yogyakarta??? Hehehe... Serius nih, kalau penawarannya menarik, saya akan pikirkan karena saat ini hanya tengah menyusun tesis dan siap kembali terjun ke dunia kerja. (Sampaikan ya, Mas Reza ke HRD-nya... Hehehe...)

Oke, deh, this is it... Saya & DealKeren. Bagi saya DealKeren harus tetap ada di Indonesia, karena situs-situs seperti ini sangat berpihak terhadap konsumen sekaligus menjadi alternatif media promosi bagi merchant. Namun, sebagaimana slogan DealKeren sendiri, saya berharap, merchant-merchant yang ditawarkan pun juga yang cukup berkelas dan benar-benar memberikan nilai lebih bagi member DealKeren sendiri. Pun juga karena DealKeren sebagai media pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk menggunakan transaksi online, sebuah pemahaman atas dunia cyberculture yang baru yang membutuhkan praktek-praktek langsung sebagai bukti nyata. Tak ada langkah sempurna bagi mereka yang ingin selalu belajar, namun pada kenyataannya bagi mereka yang terus mencoba, sadar ataupun tidak derajat mereka di hari esok tentu akan lebih tinggi dari hari ini.

8 komentar:

  1. honey: hahaha... honey bener! :D

    BalasHapus
  2. menarik banged ceritanya....
    mw nanya dikit...
    saya berencana mw beli produk, dan rencananya saya akan deliver saja, jadi barang dikirim ke rumah....kira2 butuh berapa lama ya berdasarkan pengalaman nita/

    BalasHapus
  3. sang pemimpi: pengalaman yg dkirim ke rumah, ak baru nyoba yg langganan majalah dari gramedia slama 3 bulan. ya tiap bulan emang dkirim. ssuai tgl terbit majalah tsb. klo ut barang brupa produk, ak blom pernah nyoba... oya, biasany klo ud deal di DK, kita biasany konfirm ke merchant. jd urusanny kmudian y, sama merchant tsb, bukan sama DK lg...

    BalasHapus
  4. liat mba keluhan2nya... saya juga demikian udh 1 bulan lebih gk sampe2 barangnya... http://www.livingsocial.co.id/jakarta/discussion/

    BalasHapus
  5. anonim: yaa, begitulah... smoga kdepanny mereka bisa lebih baik lg.. :)

    BalasHapus
  6. Baru tau yang kayak gini2an tahun lalu dan ternyata emang banyak untungnya sih. jadi malah dapet barang2 dengan harga yang jauh lebih murah dari harga aslinya. ternyata udah banyak yah yang kayak gini2 di Indo kayak dealkeren, livsos.. kemaren dikasih tau temen ada lagi yang baru katanya. metrodeal namanya kalo gw gak salah. pas cek website mereka di www.metrodeal.co.id ternyata lumayan juga kok penawaran2 mereka. baguslah jadi lebih banyak persaingan sehat, semakin ngasih harga lebih murah asal barangnya gak murahan aja..

    BalasHapus
  7. Wah, nice share Mbak semuanya di wrap up. Bolehkah bantuannya Mbak share pengalamannya di survey saya www.surveymonkey.com/s/dailydealsID

    Tentunya bisnis ini selalu ada ruang perbaikan, saya studi ini tertarik karena punya tujuan baik tapi banyak keluhan di bidang aftersales yah..

    Trims!!

    BalasHapus

Komenku buat nitastory kali ini...