Selasa, Maret 12, 2013

Call For Paper Pertamaku

Menjadi dosen itu ternyata sangat luar biasa. This is my world, this is my choice. Bagi saya, punya cita-cita jadi dosen itu tidak muncul sejak kecil. Jika harus ditanyapun, saya sebenarnya juga bingung sejak kapan keinginan menjadi dosen itu ada. Namun, sekarang, saat dunia perdosenan sudah diselami dan berenang-renang di tepiannya, wow, rasanya sangat menyenangkan! Iya, sekarang, masih bisa bilang masih di posisi tepi, belum ke tengah. Namun, jelas akan segera menuju ke sana. Mengikuti call for paper adalah salah satu langkah untuk terus memahaminya. Benar, saat sudah memilih, maka totalitaslah di dalamnya, Insya Allah kamu akan mencintai apapun yang kamu lakukan.

Call for paper bidang Ilmu Komunikasi yang pertama kali kuikuti ini kebetulan diadakan di Kota Palembang, my city. Kebetulan juga di salah satu tempatku mengajar, yakni Universitas Bina Darma (UBD). Namun jelas, saya menulis paper tetap atas nama STISIPOL Candradimuka karena saya sudah menjadi dosen tetap di sana. Adapun berita tentang pelaksanaan call for paper ini sendiri sudah sejak tahun 2012 saya peroleh dari Rahma Santi Zinaida, teman sesama dosen UBD. Di samping juga dari sisi lain, kami sama-sama tergabung dalam calon kepengurusan ASPIKOM Sumatera Selatan yang akan di-launching bersamaan dengan pelaksanaan call for paper yang di Palembang itu.

(Semnas Komunikasi)
Uniknya, acara yang digagas oleh ASPIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi), Puskombis (Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis), Universitas Bina Darma Palembang, dan Universitas Mercu Buana Jakarta ini sendiri terdiri dari 2 kegiatan call for paper. Jadilah namanya Serial Call For Paper Indonesia “Komunikasi Indonesia Untuk Membangun Peradaban Bangsa”, serial yang pertama diadakan di Palembang pada 26-27 Februari 2013 dan serial yang kedua dilaksanakan di Bali pada 16 April 2013. Nah, kebetulan saya ikut dua-duanya. Hehe!

Untuk serial yang pertama ini, dari 5 tema yang ditawarkan, saya mengambil tema ke-4, yakni tentang Media Lokal dan Media Komunitas untuk Penguatan Masyarakat. Judul paper yang saya buat adalah MEDIA KOMUNITAS DAN KONSTRUKSI IDENTITAS KELOKALAN (Studi Kasus Tentang Wongkito.net Bagi Blogger “Wong Kito” di Kota Palembang). Paper saya itu berusaha untuk mengungkap konstruksi identitas Wongkito.net sebagai media komunitas blogger di Kota Palembang dan konsep yang diterapkan dalam organisasinya. Wongkito.net juga menerapkan kriteria khusus dalam membangun identitas kelokalan anggotanya sehingga menciptakan apa yang disebut oleh Kathryn Woodward sebagai orang dalam dan orang luar menjadi ada. Definisi sebagai Wong Kito semakin menguat seiring dengan perilaku tetap mengkonsumsi informasi mengenai Kota Palembang meskipun tidak berada di Palembang.

(Call For Paper Komunikasi)
Selain harus presentasi call for paper yang bertempat di Kampus Utama Universitas Bina Darma, khusus yang di Palembang juga dilaksanakan Seminar Nasional Komunikasi yang menampilkan Prof. Dr. H. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si dan beberapa pembicara lain yang bertempat di Hotel Swarna Dwipa Palembang, 26 Februari 2013. Utusan dari STISIPOL Candradimuka sendiri cukup banyak, terdiri dari 30 orang mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi dan 15 orang dosen untuk semnas tersebut.

Pelaksanaan seminar dan call for paper sendiri alhamdulillah cukup menarik dan lancar. Yang jelas kesan bahagia saya yang pertama kali muncul itu yakni ketika paper saya juga menjadi salah satu tulisan yang dibukukan. Bangga sekali membaca nama saya ada di sana. Benar, ini merupakan salah satu kunci pembuka untuk mimpi-mimpi yang lain. Memang awalnya sempat mengalami down, saat merasa dikejar-kejar untuk menyelesaikan tulisan di antara berbagai kesibukan yang lain. Namun, memang hasilnya setara dengan semua kesulitan itu. Pasca ini malah merasa sangat siap untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. Hehe!

Betuuul... Kadung sudah masuk di dunia perdosenan, kenapa gak sekalian berkubang di sini. Totalitas... Jadi, jika sebelumnya berniat menjadi dosen pun tidak tahu kapan bermulanya, sekarang saya malah ingin sekali mampu menjadi seorang guru besar untuk bidang studi Ilmu Komunikasi. Benar, gantungkanlah cita-citamu setinggi langit, percaya atau tidak suatu hari jika kita terus konsisten untuk mewujudkannya, cita-cita itu pasti akan tergapai. Amiiiin ya robbal alamin. Bismillah!

5 komentar:

  1. saya kepengen jadi dosen, sampai umur sekarang ngga kesampean :) kadang pas kuliah skrg ini (kul S2) mau mengeluarkan total kemampuan, terasa malas, karena ilmu yg didapat saat ini jadi ngga bgitu kepake. Cuma buat diri sendiri, ngga dibagi2 secara formal.. balik ke palembang, istri sudah PNS di Jakarta. Hmm.. serba salah. Tapi intinya lulus dulu dah saat ini (akhirnya kesimpulan itu dulu hehe..)

    Pernah kirim surat ke Marzuki Ali dan istrinya memohon donasi utk pendidikan di LN dan berjanji utk balik dan mengabdi.. tak ada balasan. Akhirnya, berangkat sendiri dgn duit pas-pasan. Paling nggak, pengalaman ini bisa jadi modal bwt kembali mengejar cita-cita menjadi dosen. hehehe..

    BalasHapus
  2. Hai, Unggul.. :))

    Katanya klo jadi dosen di Jakarta, malah lebih banyak pilihan tempat mengajarnya. Rekan saya yang ambil S3 di KBM UGM bilang jadi dosen luar biasa di beberapa tempat di Jakarta sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup. Agak berbeda dg Palembang. Hehe! Tapi gpp, namanya juga baru mulai, jadi emang harus gigih dari bawah dulu, dari yang 'kecil' dulu..

    Saya kemarin S2-nya juga biaya sendiri, tapi Insya Allah untuk S3 institusi sudah siap untuk membiayai. Cuma, mungkin tahun depan, tahun ini fokus ngurus administrasi semacam NIDN dan jenjang akademik awal agar lebih gampang prosesnya.

    Teruskan saja niatnya menjadi dosen. Betul ilmu yang dibagi itu selain mendapatkan pahala, sebenerya juga membuat kita semakin paham dg hal itu sendiri. Sukses Unggul untuk kuliah dan karirnya yaa.. :))

    BalasHapus
  3. mbak boleh nanya, bila jd dosen harus membuat call for paper kah ??? yang dimaksud call for paper itu apa ??? apakah harus melakukan research terlebih dulu ?

    BalasHapus
  4. terima kasih atas informasinya. saya bisa belajar dari artikel ini. jadi secara khusus menggambarkan berusaha "untuk mengungkap konstruksi identitas Wongkito.net sebagai media komunitas blogger di Kota Palembang dan konsep yang diterapkan dalam organisasinya. Wongkito.net juga menerapkan kriteria khusus dalam membangun identitas kelokalan anggotanya sehingga menciptakan apa yang disebut oleh Kathryn Woodward sebagai orang dalam dan orang luar menjadi ada". dari kutipan itu saya mencoba mulai meramu dari kalimat yang ada.

    terima kasih.

    BalasHapus
  5. ada gak sih.. semnas yang tidak mewajibkan pemakalah untuk persentasi?
    infonya dong
    #edisi butuh

    BalasHapus

Komenku buat nitastory kali ini...