Senin, Maret 02, 2009

Just Photos: Go To Market 1 March 2009

(Dewi & Diah di Saimen, ikut-ikutan minum es kacang & es teler)
(Aku & Dian, giliran difoto. Nih, jalan ke PS karena Dian lagi stress abis ikutan tes masuk SMAN 6 Palembang. Pulang-pulang langsung ngajak ke PS. Padahal, aku, Dewi, Dian & Ibu abis muter-muter Gaya Baru & Pasar 16)
(Foto dengan Kak Ujang, pemilik Toko banda yang selalu ngasih diskon kalo kami sekeluarga belanja di sana. Nih, aku udah pernah ke toko ini sejak aku umur 5 taon lho! Sejak Pasar 16 masih becek-beceknya...)
(Bergaya ma Dewi pas ibu sibuk nyari-nyari souvenir untuk panitia pernikahanku nanti... Hee)
(Nih, wajah Toko Banda, tampak depan. Kita beli jilbab, souvenir panitia pernikahan, ma baju batik buat ibu)
(Om Yono, pedagang Toko Banda yang sudah jadi langganan ibu bertahun-tahun. Harganya dijamin murah dengan kualitas barang dijamin deh! *Bantu promosi, Om...*)
(Diah, sepupuku, bantu bawain barang belanjaan. Hehehe!)
(Nah, ini, aku lagi di Anggrek Souvenir, letaknya ada di Gedung Pasar 16, Lantai Basement. Tempat aku mesen souvenir untuk tamu pas pernikahan aku nanti. Hee...)
(Pas lihat-lihat souvenir, tokonya ramai banget! Di sini paling lengkap pilihan souvenirnya, plus tanda panitianya. Bentuknya ada yang lebih eksklusif, gak pa-pa lah, harganya agak mahalan dikit, yang penting gak pasaran!)
(Gedung Pasar 16 baru. Nih, jarang-jarang ke Pasar 16, sekalinya ke sini lagi, suasananya beda banget!)
(Pasar 16 yang kini sudah rapi, tanpa ada bangunan liar lagi. Katanya, pembersihan lapak-lapaknya berjalan lancar ya? Hebat berarti Pemkot Palembang tuh yaa....)
(Dewi & ibu lagi asyik nyari-nyari sepatu di Toko Wijaya yang ada di kawasan Megahria)
(Nih, Anton Souvenir yang ada di depan La Rose. Di sini, aku cuma beli buku tamu. Ada hadiah spidolnya juga... Tapi, paling ntar pake pena standar aja, tapi aku kasih pita. Abis spidolnya, gak terlalu bagus!)
(Ibu memimpin di depan, waktu kita memulai perjalanan ke Gaya Baru - Palembang)
(Kita memilih parkir mobil di belakang Megahria. Coz, ongkos parkir lebih murah, gak seperti kalo di depan Gaya Baru yang tukang parkirnya sampe memeras Rp 4.000,- Hohoho!)

Pelantikan Wartawan Lepass Angkatan 15

(Nih, jadi orang paling tua, coz aku sendiri yang alumni angkatan 6 alias taon 2000)
(Nih, mabes skaligus ruang meeting Sripo yang sering dipake anak Lepass sejak dulu)
(Tampang gaya aja, trusss... Anak Lepass mana ada yang gak pede!)
(Nih, lagi siap-siap mo motong tumpeng. Aku pas ada di depan tumpeng ini. Hehehe...)
(Tumpeng yang menggairahkan, tapi karena aku udah kenyang... Aku gak memakannya...)

Tiba-tiba, Dian memanggilku ketika telfon rumah yang berdering diangkatnya, "Yuk Nita ada telfon!" Tumben ada orang mencariku lewat telfon rumah. Kan biasanya, langsung saja ke hp. "Tanya dari siapa!" teriakku yang memang saat itu baru pulang kerja dan baru abis mandi. "Katanya dari Dewi, anak Lepass Sriwijaya Post!"
Hm...
Aku langsung keluar kamar dan menyambut telefon itu. Singkat cerita, ternyata aku diundang untuk datang ke pelantikan anak Lepass (Lembaran Pelajar Sumatera Selatan - Sriwijaya Post) Angkatan 15 padahari Sabtu, 28 Februari 2009, pukul 19.15 WIB. Yups, besok malam! Aku bilang, Insya Allah aku datang...
Akhirnya, aku pun datang. Dan ternyata cuma aku alumni paling senior yang datang. Oya, aku belum cerita yaa... Jadi dulu, pas masih sekolah, tepatnya di SMU Plus Negeri 17 Palembang, aku juga aktif menjadi kru Lepass Sriwijaya Post. Aku gak cuma 1 tahun, tapi 2 tahun. Jadi aku ikut di Lepass angkatan 6 dan 7. Waktu itu, kantor Sripo masih di Jl. Kapten A. Rivai Palembang, belum di Jl. Basuki Rahmat seperti sekarang.
Banyak cerita yang aku dapat dari Sripo, sedih, senang, suka, duka! Komplit! Sampai akhirnya 9 tahun berlalu sudah sejak terakhir aku terdaftar menjadi wartawan abu-abu Kota Palembang itu.
Dan malam Minggu lalu, aku kembali datang untuk mengenang memory lama. Untungnya, walau cuma datang sendirian, sambutan yang lain juga sopan dan menyenangkan. Sempet ikut acara loteng mereka di lantai paling atas gedung Sripo. Seru juga.
Well, aku cuma bisa bilang, selamat aja atas pelantikan Lepass angkatan 15. Semoga bisa mewarnai Lepass lebih berkualitas dan lebih pelajar lagi.

Sabtu, Februari 28, 2009

Pangeran GSC-ku

Pangeran GSC-ku, Rakha. Tak perlu menggunakan banyak kata, betapa sayangnya aku dengan keponakanku satu ini. Dia begitu lucu dan menggemaskan. Saat pulang kerja, ada dia di rumah, seluruh beban yang kurasakan seolah hilang.
Lihat-lihat, dia begitu mendukungku... Waktu kupakaikan Pin GSC yang selalu kupakai kalau kerja, Rakha pun terlihat asyik menarik-narik pin itu. Sekarang Rakha udah di Bangko - Jambi lagi, ikut orang tuanya. Kapan Rakha maen ke Palembang lagi? Pas bulan Mei ya, ganteng yaaa?

Selasa, Februari 24, 2009

Perempuan Bertanduk Setan

Tiba-tiba sebuah sms tentang cinta masuk di sms Nana. Bunyinya lumayan bikin hati melambai-lambai seperti daun nyiur di pantai. Tapi karena si pengirim hanya nomor, belum ada di phone book, Nana langsung membalas, "Siapa nih?"
Lalu, sang pengirin sms romantis membalas, menyebutkan namanya yang selama ini sangat dihindari Nana, "Devil Girl".
Nana menghindar untuk membalas setiap sms masuk dari si Devil Girl bukan karena takut, tapi ia tidak ingin mengetahui hal-hal yang tidak perlu diketahui. Baginya, sakit hati hanya untuk hal yang diketahui. Maka, andai ia tidak tahu, tak ada sakit hati.
Terlanjur membalas, jadi Nana meladeni sms si Devil Girl malam itu. Sampai akhirnya, dering telfon Nana berbunyi. Si Devil Girl belum puas men-sms, jadi dia menelfon! Nana mengangkatnya.
Whatsss.... Inilah si Perempuan Bertanduk Setan sebenarnya. Ia mencari banyak cara untuk menghancurkan Nana. Termasuk membolak-balikan hati Nana tentang kekasih hati yang nun jauh di sana. Hati Nana geram, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk terus membiarkan si Devil Girl berceloteh tentang kehidupannya di neraka.
Akhirnya, telefon usai. Nana menarik nafas berat dan panjang. Hatinya, pikirannya, pandangannya jauh menerawang. Ia lihat foto kekasihnya, Toni, di dinding kamarnya. "Gak, gak mungkin dia tega melakukan itu..."
Nana beringsut dari kamarnya, menuju kamar mandi. Ia mengambil wudhu. Waktu sholat Isya sudah masuk dari tadi. Perlahan, ia melakukan gerakan-gerakan sholat, hatinya masih terbawa suasana yang serba berantakan.
"Tuhan, aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Benarkah semua perkataan Perempuan Bertanduk Setan itu? Atau ia hanya ingin menggodaku, menjauhkan niat tulusku untuk mengabadikan cinta atas nama-Mu dengan Toni... Tuhan, kuserahkan saja semua takdirku pada-Mu. Andai Toni memang untukku, tolong jagalah dia... Aku mencintainya, selamanya..."
Nana terdiam lama di atas sajadahnya usai sholat. Tak tahan memendamnya sendirian, Nana pun menelfon orang yang paling ia percaya dalam hidupnya, Toni.
Nada suara Nana begitu lembut, sangat berbeda dari biasanya. Ia berkata dan bertanya... Toni hanya meminta kepercayaan dan kepercayaan.
Ternyata menjelang hari keabadian duniawi yang begitu sakral, para setan dalam segala bentuk seolah selalu datang menggoda. Pun tak cukup hanya itu, ia ingin menghancurkan!
Malam itu, Nana tak bisa tidur. Ia hanya terfikir Toni. Begitu besar rasa rindunya kini membuncah, seolah sama besarnya dengan rasa kesalnya terhadap Perempuan Bertanduk Setan yang ingin dibunuhnya!
Tangis Nana pecah melalui telefon itu... Toni hanya berusaha menenangkan, "Cantik, jangan menangis. Aku sangat mencintaimu. Tunggulah, saat itu akan datang sebentar lagi."
Nana tahu, semua hanya tentang rasa. Saat sampah yang ia masukkan, maka sampah juga yang akan dia keluarkan. Nana tidak mau hidupnya berantakan hanya karena ulah tolol sang Perempuan Bertanduk Setan.
Nana telah memilih kini. Ya, dia memilih untuk mencuci otaknya atas memori kehadiran Devil Girl. Mungkin baik ia dan Toni bukanlah manusia paling sempurna yang tinggal di bumi. Tapi setidaknya, dia sadar, hanya bersama Toni, ia tahu artinya kedamaian dunia yang diselimuti cinta. Setidaknya, dogma itu yang ia yakini saat ini, dan semoga Tuhannya pun mengangguk untuk gadis cantik berselendang biru itu.

Senin, Februari 09, 2009

Tentang Hari yang Sibuk

"Berani kerja, berani capek!" Slogan sebuah iklan mutivitamin itu kadang membuatku merenung. Itu benar. Pilihan untuk bekerja adalah murni dari diri ini, resiko tentang capek adalah konsekuensi pilihan itu. Hari ini, GSC begitu ramai. Banyak siswa dalam yang kembali mendaftarkan diri menjadi siswa GSC karena memang diberikan harga promo. Hal itu, yang menjadi salah satu sebab outlet menjadi agak sibuk. Aku sendiri, masih sering mobile ke sekolah-sekolah yang sukses dititipi pendaftaran TO. Hari ini saja, aku ke SMP Muhammadiyah 10 dan SMP Negeri 3 Palembang.
Sebenarnya, kalau mau dibandingkan saat aku magang di TRANS7 kemarin, kerja di GSC tergolong standard. Dulu, pas di TRANS7, paling cepat jam 9 malam baru pulang. Pernah baru pulang kost jam 2 pagi. Dan itu adalah hal biasa di sana. Kerjanya, udah mulai jam 9 pagi lho...
Kalo di GSC, datang jam 8 pagi pulang jam 6 sore. Tapi, yah itu tadi, sampe ke rumah, mandi trus langsung tidur. Ya ya ya, aku kecapekan... :)
Untungnya ada Rakha di rumah sekarang, jadi itu adalah penghibur saat bisa melihat tawanya. Hahaha! Gigi masih belum tumbuh semua, tapi tawanya sudah keras sekali.
Fiuh... Lagi-lagi, migrenku kumat. Udah berapa pil Decolgen saja yang kuminum untuk bulan ini. Ada mungkin 2 hari sekali. Ketergantungan obat deh kayaknya, coz dibawa tidur juga tetap aja masih nyut-nyutan...
Taraf mikir emang agak tinggi. Coz selain mikirin kerjaan, baca buku tambahan tetap dilakonin. Secara, hobi mbaca. Pengennya sih nulis juga... Tapi, dari hari ke hari, tuh keinginan cuma sebatas keinginan aja... Semua selalu terhenti di garapan perencanaan. Ato, paling banter udah 35 persen pengerjaan lalu terhenti.
Tapi, bersyukur juga udah punya blog... Jadi, bisa curhat di blog. Kali-kali aja, ada yang baca trus ngasih koment. Kadang Rudi kan juga suka baca... Inov juga (sesama temen blog yang aktif di partai, hm...), Hilal juga... Siapa lagi yaa???
Well, sebenarnya gak mau ngisi blog, isinya cuma ngeluh... Tapi, bener deh... Nih, migren bikin pikiran maunya gitu... Hehehe!

Senin, Februari 02, 2009

Es Alpokat Favoritku

Segar rasanya, seharian panas-panas keliling, kemudian dilegakan dengan meminum semangkuk es alpokat. Aku suka es alpokat. Minuman paling disuka nomor 1 setelah es kelapa muda, es teler, rootbeer-nya A&W, coke float-nya Mc'D, ma es kacangnya Saimen. Hohoho, emang suka beberapa jenis es, nih... Kalo SD dulu, paling suka minum es kembang tahu, ma es bubur sum-sum. Nikmat, deh...
Oya, gambar di atas, adalah es alpokatnya Kafe November yang ada di deretan JM Kol. Atmo Palembang. Harganya Rp 6.000,- Rasanya, menyegarkan lho... Mirip dengan es telernya Kateleya yang ada di depan La Rose Kol. Atmo. Kalo dengan minum aja bisa meringankan beban hidup sebanyak 30%, gimana kalo semua permasalahan yang ada langsung dapet solusinya saat itu juga yaa??? Pasti hidup tidak akan terasa begitu beratnya.
Tapi... Tenang saja! I love my life... Hohoho!

Coba-coba Koleksi Koin

(Koin tampak belakang)
(Koin tampak depan)
Awalnya, cuma iseng, mengumpulkan koin-koin uang di dalam sebuah dompet boneka berbentuk bulat. Mungkin, itu kulakukan sejak aku duduk di bangku SMP. Beberapa koin hasil nemu di jalan, hehehe, kayak koin Rp 5,- Beberapa koin lagi, hasil pemberian temanku, terutama koin-koin dari luar negeri, seperti Australia dan Malaysia.
Jumlah koleksi koinku memang gak seberapa banyaknya. Gak seperti koleksi perangko atau filateli yang sempat kugandrungi ketika duduk di bangku SMP hingga SMA. Namun, dari koleksi kecil-kecilan itu, membuatku terinspirasi untuk mempergunakannya sebagai simbol uang mas kawin kalo aku menikah nanti. Hehehe...
Jadi, rencananya, angka nominal mas kawin nanti tidak usah terlalu besar. Kayaknya bakal 6 digit saja, mengikuti tanggalan masehi. Jadi, misalnya tanggal 32 bulan 13 tahun 2009, jadi nominalnya Rp 321.309,- Why... Coz uang tersebut akan diabadikan, gak akan dipergunakan sebagai alat tukar, tapi ia menjadi barang koleksi yang akan selalu disimpan. Hee...
Nah, kembali ke koin, yah, itu... Kalo lihat angka tadi kan, mana ada sekarang uang nominal Rp 9,- Jadinya, aku harus berburu koin-koin lama lagi. Untuk koin Rp 5,- aku sudah punya, tapi untuk sisanya yang Rp 4,- masih mo dicari.
Sebenarnya udah mo dapet sih, belum dibeli aja. Kalo di Palembang kan agak mudah nyarinya. Yups, di mana lagi kalo gak di emperan toko sepanjang Pasar 16 yang paling dekat dengan Jembatan Ampera. Harganya rata-rata Rp 20.000,- s/d Rp 25.000,- Itu untuk yang nominal Rp 1,- dan Rp 2,- Hohoho... Lucu-lucuan juga, yaa... 1 rupiah bisa bernilai 20.000 kali lipatnya.
Nah,, diabadikan di sini, pengennya dikristalin, tapi kalo gak memungkinkan, paling dibingkai. Pokoknya harus yang unik! Iya gak sih? Kalo pembaca gimana? Mo dikayakgimanain uang mas kawin kamu? Gak lucu kan, kalo cuma dipake lagi buat beli sayur bayam. Hehehe....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...