Oleh : Sumarni Bayu Anita
Program Studi Ilmu Komunikasi, STISIPOL Candradimuka – Jl. Swadaya Sekip Ujung Palembang
E-mail: sb.anita@gmail.com
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah meninggal, putri Inggris Lady Diana Spencer nyatanya masih meninggalkan warisan berupa sejumlah koleksi busana. Sang desainer, Elizabeth Manuel, melelang koleksi mantan istri Pangeran Charles ini di Inggris pada 8 Juni 2010 lalu. Di antara busana tersebut, terdapat satu gaun yang digunakan Lady Diana di hari pernikahannya. Harga lelang terendah gaun pengantin ini adalah 30.000 Euro atau setara Rp 340 juta. Gaun Diana ini dianggap bersejarah karena mengubahnya menjadi sosialita.
Tak hanya Lady Diana, banyak tokoh atau selebriti luar negeri bahkan dalam negeri pun ada yang ikut berlomba dalam memberikan tampilan berbeda pada gaun pengantin mereka untuk kemudian berharap menjadi bagian dalam sejarah fashion. Gaun pengantin yang dikenakan dalam momen pernikahan tentunya akan selalu dikenang dua sejoli yang mengikat janji suci. Namun, selain menjadi elemen pernikahan yang menampilkan keindahan, gaun pengantin juga menunjukkan gengsi sang pengantin terhadap publik yang melihatnya. Tercatat gaun pengantin rancangan seorang perancang busana dari Beirut, Lebanon, Jad Gandhour, menjadi gaun pengantin termahal yang pernah ada atau bisa dikatakan sebagai yang paling mahal di dunia. Gaun yang sengaja dibuat untuk Miami International Fashion Week yang dilaksanakan pada 18-21 Maret 2010 lalu di Miami, Amerika Serikat itu memiliki nilai seharga US$ 1,5 juta atau setara dengan Rp 13,6 milyar.
Selain gengsi yang tercermin dalam bentuk nominal atau segi ekonomi, faktor keunikan turut mempengaruhi seseorang berani tampil beda dalam visualisasi gaun pengantin yang mereka kenakan di hari pernikahan. Pengantin di Guang Zhou, China mencetak rekor gaun pengantin terpanjang di dunia dengan panjang 219 meter. Gaun ini diciptakan oleh seorang perancang bernama Andreas Evstratiou di Paphos, Cyprus pada bulan Februari 2007.