Selasa, Desember 20, 2016

Menyambut Harbolnas Dengan Menjadi Narasumber Publika - TVRI Sumsel

Jam tangan saya masih menunjukkan pukul 08.00 WIB ketika handphone saya berdering dari nomor asing. Saya yang sudah berada di Jurusan Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka pagi itu, masih juga sibuk dengan materi borang jurusan yang deadline hari ini. Lima belas menit kemudian, dering telepon itu berbunyi lagi. Sepertinya penting, kalau orang kembali menelfon dengan jeda wajar 15 menit seperti saat ini. Saya pun mengangkatnya, “Hallo?”

“Hallo, assalamualaikum, Nita?”
“Iya, waalaikumsalam. Ini siapa yaa?”
“Nita, ini Mbak Rika – TVRI.”
Weeeh... Ada apa ya, tumben Mbak Rika menelfon. “Eh, Mbak Rika... Apa kabar, Mbak? Ada yang bisa dibantu?”
“Nita, Mbak mau undang untuk acara Publika sore ini. Kita mau angkat tema tentang Harbolnas. Nita nanti bicara dari aspek media mewakili akademisi. Nanti ada Yan, dia mengangkat dari sisi konsumen.”
Wah, tawaran luar biasa ini, saya harus ambil kesempatan yang mesti gak akan datang dua kali. Dan tentu saja, saya langsung menyanggupinya. Meski ketika Mbak Rika mengatakan saya harus sudah berada di TVRI Sumsel pada pukul 15.30 WIB karena syuting live untuk acara Publika itu berlangsung di pukul 16.00-17.00 WIB.


(Di studio TVRI Sumsel dengan background yang masih kain hijau)
Jadwal yang bertabrakan dengan jam kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia sore ini pun diambil solusinya dengan segera mengajak dosen jam kedua untuk bertukaran dengan saya di jam pertama. Saya tetap harus mengajar hari ini karena hari ini kelas akan mengambil nilai presentasi UAS. Untungnya Pak Anton, lengkapnya Dwi Nurul Prihantono, M.I.Kom menyatakan bisa saat saya minta.

(Gambar yang diambil dari TV yang ada di studio TVRI Sumsel)
Pendek cerita, hari ini, Selasa, 13 Desember 2016, saya pun sudah berada di stasiun TVRI Palembang pada pukul 15.30 WIB. Ketika datang saya langsung disambut oleh karyawan TVRI-nya yang tampaknya sudah sengaja menunggu di lorong studio. “Ibu Sumarni?” sapanya ketika melihat saya. “Iya Pak...” jawab saya. Dia langsung mengajak saya ke ruang make up sambil memberikan berkas untuk saya tanda tangani. Usai urusan administratif selesai, saya langsung dimake up, dan Mbak Rika pun muncul di ruangan make up itu.

(Gambar yang diambil oleh Dian, adik saya dari TV di rumah.. Haha)
“Hai Nita...”
“Hai Mbak Rika...”
Lalu, masuklah narasumber kedua ke ruangan make up, Pak Yan, konsultan Bank Sumsel Babel yang akan berbicara dari aspek konsumen yang ternyata sudah datang duluan. Kami lalu ngobrol, juga bersama Vidya, mahasiswi Ilmu Komputer Unsri yang juga host acara Publika TVRI Sumsel yang akan menemani kami nanti.

(Foto Bersama Mbak Rika dan Anggi DJ usai syuting Publika)
Menjelang pukul 16.00 WIB, saya pun menuju studio TVRI Sumsel, ke tempat kami akan syuting. Saya memilih mengenakan baju putih dan jilbab nuansa etnik pink. Hal ini karena Mbak Rika memberikan pesan untuk tidak mengenakan baju berwarna hijau. Katanya, kami akan tampak seperti hantu kalau mengenakan warna itu. Hahaha... Alhasil, tadi saya sengaja pulang dulu dari STISIPOL Candradimuka ke rumah karena kebetulan mengenakan jilbab hijau.

(Bersama Anggi, mahasiswa yang juga presenter TVRI Sumsel)
Pukul empat sore pun, acara talk show di mulai. Syuting berlangsung ringan dan lancar. Pengalaman pertama diundang sebagai narasumber program Publika TVRI Sumsel ini berjalan sangat menyenangkan. Saya berbicara sesuai kompetensi yang diminta, yakni sebagai akademisi sekaligus sebagai pengguna media online.

(Tampil dengan celana jeans dan baju blouse putih panjang)
Pembicaraan diawali dengan memahami tentang Harbolnas atau Hari Belanja Online Nasional yang diperingati di Indonesia per 11.11 dan 12.12. Untuk sejarahnya, Harbolnas terinspirasi dari hari yang sama yang dilakukan oleh Eropa dengan nama Cyber Monday atau Black Friday sejak tahun 2012 lalu. Saat itu Harbolnas diikuti hanya oleh 7 ecommerce, yakni Lazada, Zalora, Berrybenka, PinkEmma, Bilna, Traveloka dan Luxola. Kini tentu jumlah yang mengikuti sudah sangat banyak.

(Sumringah... HIhihi)
Seperti yang diketahui bahwa saya sendiri tergabung dalam komunitas Bukalapak.com Palembang karena ikut menjual Buku Pempek Palembang melalui situs itu. Meski memang tidak terlalu serius seperti menjalani profesi sebagai dosen. Hahaha... Maafkan saya, tapi untuk beberapa kegiatan yang dilakukan secara offline bersama komunitas saya berusaha untuk ikut. Termasuk ikut membaca aktivitas grup di WA yang saya ikut tergabung di dalamnya.

(Gambar ini diambil oleh mahasiswa saya yang sedang nonton di rumahnya, Effendi)
Diamini bahwa perkembangan media online di Indonesia tumbuh sangat pesat. Hal ini tentu turut mempengaruhi perubahan budaya bagi masyarakat penggunanya. Termasuk dalam hal budaya jual-beli atau transaksi pertukaran uang dan produk yang diinginkan atau dibutuhkan. Ketika saya diminta untuk berbicara tentang hal ini, tentu budaya konsumtif yang saya yakini tidak melulu harus dipandang negatif. Semua perilaku selalu dalam kondisi tergantung konteks dan kontennya.

(Gerak tangan ikut serta ketika menjawab host.. Hihihi)
Pengalaman melakukan transaksi online tentu bermacam-macam bagi setiap individu. Ada yang menyenangkan, tapi ada juga yang harus kecewa. Oleh karena itu, kita diminta tidak hanya cermat dalam melakukan literasi media, tapi juga cerdas dalam berperilaku terutama dalam melakukan transaksi online. Kalau berangkat dari pengalaman saya pribadi, khusus untuk fashion, saya lebih memilih untuk beli secara langsung. Dengan membeli langsung, saya bisa mencobanya, kalau gak pas bisa ditukar. Tapi kalau untuk pesan tiket pesawat, reservasi hotel, atau pembayaran seminar dan call for paper saya mesti online.

(Saya kembali ke STISIPOL Candradimuka untuk menilai UAS SSBI)
Saya juga pernah membelikan tab untuk Fafa secara online, membeli buku secara online, dan beberapa produk kecantikan secara online, bahkan transaksi game online untuk membeli beberapa rubi di game Royal Story yang saya minati. Semua pengalaman menyenangkan. Hanya suatu waktu, saat pengalaman nomor kartu kredit saya yang diretas oleh pihak tidak bertanggung jawab membuat saya  harus menutup kartu dan transaksi online hanya melalui ATM.

(Kuliner yang dipresentasikan mahasiswa di UAS SSBI)
Pada akhirnya, jika kita berbicara tentang dampak media online terhadap budaya konsumsi ini bukan berarti merubah individu sebagai konsumen menjadi lebih boros bahkan mereka yang smart buyer bisa jadi menjadi lebih hemat dan dapat lebih efektif dalam memanfaatkan waktu mereka yang begitu mahal. Sebagaimana kemajuan dunia,  manusia juga menjadi lebih berkembang dalam bertingkah laku termasuk dalam melakukan transaksi, yang dulu hanya bisa dengan cara konvensional, harus face to face dengan penjualnya, sekarang tidak lagi.

(Bersama salah seorang mahasiswi yang sedang presentasi, Faradifta)
Pukul 17.00 WIB saat itu, dan acara Publika TVRI Sumatera Selatan itu pun berakhir. Wah, saya senang sekali bisa menjadi narasumber kali ini. Usai acara, sempat berfoto sebentar dengan Mbak Rika dan Anggi Dwi Jaya, mahasiswa saya yang sekarang baru saja diyudisium yang juga presenter di TVRI Sumsel. Setelah say good bye, saya kembali ke STISIPOL Candradimuka untuk kembali menilai presentasi UAS mahasiswa saya di kelas Sistem Sosial Budaya Indonesia semester III reguler sore. Well, I love my experience, I love my life... ^^ 

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...