Selasa, Desember 09, 2008

ORIGINS OF THE DA VINCI CODE, Perang Suci antara Fiksi dan Non Fiksi


Sejak awal pembuatannya, novel dan film The Da Vinci Code telah menuai kritik hebat. Ia perpaduan sempurna antara kontroversial dan hal yang sensitif, dibungkus dengan thriller dan alur cerita yang memikat. Untuk itu, Michael Bott juga mengeluarkan film dokumenter bertajuk Origins of The Da Vinci Code, sebagai penyeimbang nalar manusia antara sastra, seni dan agama, sekaligus sebagai perang suci antara fiksi dan non fiksi.

Setelah beredarnya novel The Da Vinci Code (DVC, 2003) karya Dan Brown yang penuh kontroversi, berbagai karya versi oposisinya bermunculan untuk meng-counter berbagai tulisan yang dianggap tidak sepenuhnya benar oleh beberapa pihak. Film Origins of The Da Vinci Code berupa dokumentasi perjalanan penulis Simon Cox ke beberapa tempat dan sumber yang menginspirasi Brown dalam novelnya itu menjadi salah satu pilihan.
Origins of The Da Vinci Code dibuat oleh Michael Boot dengan featuring Henry Lincoln, penulis buku “Holy Blood, Holy Grail”, dirilis pada 25 Oktober 2005 oleh Ryko Distribution. Film ini berisi fakta-fakta yang tidak ditampilkan secara penuh pada novel maupun film The Da Vinci Code yang dikatakan Brown sebagai karya yang telah didahului oleh riset dan penelitian. Namun tak pelak masih banyak pertanyaan yang kiranya muncul setelah orang-orang menonton The Da Vinci Code (2006), --Bener nggak ya kayak gitu?--, maka pada film ini sangat dimungkinkan semua pertanyaan itu akan terjawab.
Film ini dapat menjadi sumber pengekplorasian lebih dalam tentang seperangkat fenomena budaya sekaligus misteri yang terisolasi di desa puncak bukit, Rennes-le-Château. Tampaknya, Origins of the Da Vinci Code tercipta sebagai penuntun (guide) terjauh menuju kebenaran dan sejarah yang tersembunyi di balik The Da Vinci Code. Film ini juga memaparkan tentang perkembangan hipotesis The Holy Bloodline (Garis Keturunan Suci) sebelum novel Dan Brown dipublikasi, juga bagaimana Henry Lincoln menemukan kode-kodenya, penemuan the Rennes-le-Château geometry (ilmu ukur bidang), serta penemuan-penemuan baru yang mengejutkan tentang landscape geometry di seberang Pegunungan Pentacle, dan kebenaran luas tentang “Invisible Temple”.

Fiksi Vs Non Fiksi
Apa yang ditawarkan dalam Origins of The Da Vinci Code mencoba menjadi penyeimbang --membantah-- The Da Vinci Code, sekuel dari Angels and Demons (2000), yang menggabungkan gaya thriller detektif dan teori konspirasi. Adapun kisahnya sendiri terpusat pada usaha Robert Langdon, profesor ilmu tentang simbol agama di Universitas Harvard, untuk mengungkap terbunuhnya kurator terkenal Jacques Saunire di Museum Louvre, Paris. Posisinya saat terbunuh seperti posisi dalam lukisan terkenal Leonardo Da Vinci, Manusia Vitruvia, telanjang dan mengepakkan tangan seperti elang. The Da Vinci Code menjadi kontroversi karena menyinggung banyak hal seperti Piala Suci (Holy Grail) yang digunakan Yesus dalam Jamuan Terakhir, peran Maria Magdalena dalam sejarah Kristen, komunitas rahasia Priory of Sion, organisasi Katolik Roma Opus Dei (Latin: Karya Tuhan) yang didirikan oleh Santo Josemari Escriv pada 2 Oktober 1928, sampai keturunan Yesus yang masih hidup di Paris.
Menjadi kontroversi mungkin sebuah harapan dari orang-orang yang ada dibalik layar The Da Vinci Code yang merupakan gabungan antara sastra, pemahaman seni, dan baluran keyakinan agama yang penuh misteri. Selain Vatikan, sejumlah profesor dan pakar teologi pun geram dengan film dan novel tersebut. Namun aksi penolakan mereka tidak sebatas pengecaman berupa pelarangan untuk mengkonsumsi The Da Vinci Code namun juga usaha kreatif. Kehadiran film ini misalnya, dan masih banyak film tandingan yang lain, seperti The Way oleh Opus Dei, pembuatan situs Da Vinci Outreach, kehadiran buku The Da Vinci Code Decoded, dan lain-lain. Namun harus diakui bahkan kehadiran film dokumenter, Origins of The Da Vinci Code, ini pun seolah tenggelam dalam rasa penasaran penonton yang berbondong-bondong ingin membaca novel Brown ataupun melihat film yang disutradarai oleh Ron Howard dan dibintangi Tom Hanks tersebut.
Wajar bila The Da Vinci Code lebih menarik perhatian karena ia dipaparkan secara fiksi yang apik, ketimbang dokumenter atau non fiksi yang seolah bahan kuliah di kampus yang seringnya terkesan menggurui dan kaku. Sejak awal Studio Sony Pictures yang memproduksi film The Da Vinci Code, Jim Kennedy mengatakan bahwa film itu adalah kisah fiksi bukan kisah berpesan agama dan jelas tidak dimaksud mengkritik grup manapun. Namun tak pelak hal ini juga tampaknya yang akan membangkitkan daya nalar umat Kristiani itu sendiri dalam mencari kebenaran ajaran agamanya, dan Origins of The Da Vinci Code mencoba membantunya. (Nee-tha)

Profil Film 'Origins the Da Vinci Code'Released : Oct 25, 2005
Release Company : Ryko Distribution
Runtime : 80 minutes + 90 minutes bonus footage
Category : Documentary Movies, Docudrama Movies, Education Movies, Religion
Movies, Media Arts Movies, Based On A True Story Movies, France Movies,
Religious Beliefs Movies
Director : Michael Bott
Featured : Henry Lincoln.

3 komentar:

gusti guna mengatakan...

thank's infonya.
tp, bukunya yang membahas tentang fiksi dan nonfiksi dlm da vinci code diulas juga dong.

Nita mengatakan...

Karena bukunya tebel banget, jadi lebih suka nonton film. Sebenernya banyak cerita tentang buku itu di internet. Aku sendiri karena harus membuat ulasan film, jadi lebih fokus di film. Thanks udah baca tulisanku... :)

BELAJAR BAHASA mengatakan...

Da Vinci Code penuh kontroversi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...