Minggu, Mei 22, 2011

Hipnotis yang Tidak Hipnotis

Oleh: Sumarni Bayu Anita, S.Sos

“Sinkronisitas antara gambar dan bunyi itu tidak semata-mata literal. Kalau itu terjadi, itu malah buruk!”

Kalimat di atas adalah jawaban lugas yang terucap oleh dosen Semiotika Media di Kajian Budaya dan Media Universitas Gadjah Mada, Drs. Kris Budiman, M. Hum, saat saya bertanya tentang video klip Hipnotis-nya Indah Dewi Pertiwi (IDP) yang tidak sinkron dengan lirik lagunya, Rabu (20/5). Penasaran dengan pernyataan itu, saya pun membeli DVD penyanyi kelahiran Bogor, 31 Januari 1991 yang memuat video klip yang dimaksud saat tengah berbelanja di Progo Swalayan – Yogyakarta di hari yang sama. Hal ini karena sebelumnya, video klip IDP yang berdurasi 8 menit 16 detik itu hanya pernah saya lihat melalui media televisi dan itupun tidak sering. Video klip Hipnotis-nya IDP ini merupakan versi terbaru karya Anggy Umbara Film, setelah video klip sebelumnya dibuat dengan menampilkan scene Budi Anduk di dalamnya.

Usai berulang kali memperhatikan video klip Hipnotis penyanyi yang ketika launching album Hipnotis Repackaged-nya ini membawa 3.000 penari untuk menari bersama dalam aksi panggungnya melalui DVD player, saya hanya termanggut-manggut. Benar juga, saat kita fokus memperhatikan, justru video klip Hipnotis IDP sangat memperhatikan harmoni antara derap bunyi musik (akustik) dengan visualisasi video klipnya. Secara general, semiotika musik terdiri dari dua kajian, yakni musical sign (akustik) dan musical notations (grafis/visual). Kalau ingin dipersempit, maka kajian semiotika musik memang cukup yang akustik saja. Menurut Marcel Danesi, dalam bukunya Pesan, Tanda, dan Makna, Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (2011: 196), ada tiga tingkatan seni musik, yakni musik klasik, musik tradisional, dan musik populer. Kalau ingin mengklasifikasikan lagu-lagu penyanyi yang bernaung di bawah label Keci Record milik Bebi Romeo ini, maka ia akan masuk di tingkatan ketiga, yakni musik populer. Hal ini karena definisi musik populer itu sendiri adalah musik yang dibawakan oleh kalangan profesional, disebarkan melalui media elektronik (radio, televisi, album rekaman, film) dan dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Adapun keunggulan video klip Hipnotis IDP ini, menurut saya adalah peralihan gambar yang selaras mengikuti parafrase bunyi dengan sinkronisitas antara gambar dan bunyi yang tidak literal. Artinya ini memang bukan video klip kacangan, seperti ketika lirik lagu mengatakan aku terjatuh, maka visualisasi video klip adalah aksi orang tengah jatuh. Bahkan dosen saya, Pak Kris tadi, sangat antipati dengan kebanyakan video klip lagu-lagu Indonesia dewasa ini yang menurutnya begitu mengikuti kebutuhan industri semata, begitu dangkal sehingga tidak lagi mempunyai nilai lebih agar semiotika musik dapat mengkajinya. Secara akustik, nilai lebih video klip Hipnotis IDP ini sangat terlihat pada usaha visualisasi robot yang bertransformasi dan menari. Kesan modern digital dalam gerakan-gerakan IDP yang masih terperangkap dalam balutan rekayasa robot masa depan yang begitu apik, termasuk adanya visualisasi liukan tubuh saat bunyi mengalami perubahan dari nada tinggi ke nada rendah maupun sebaliknya.

Untuk memahami kajian akustik semiotika musik dari contoh kasus video klip Hipnotis-nya IDP ini, coba perhatikan saja lirik lagunya. Representasi saya, penyanyi yang pernah berduet dengan Sandhy Sondoro di lagu “Gejolak Cinta” ini bercerita tentang cinta matinya kepada seseorang yang membuatnya seolah terhipnotis sehingga apapun yang diinginkan oleh sang kekasih ia (IDP) mau memenuhi. Namun kalau mendengarkan bunyi dari komposisi musiknya, jelas akan terdengar hentak musik yang bersemangat. Hal ini berkebalikan dengan isi lirik. Ia tidak sedih, tidak juga terluka seperti yang coba digambarkan pada lirik. Hal ini mengingatkan kita pada Requiem-nya Mozart yang menyajikan lagu pengiring kematian (pemakaman) dengan  irama yang menghentak, bersemangat. Dari sini, secara semiotika musik, kita memahami bahwa ada makna lain yang ingin diberikan oleh para penggubah musik itu. Kalau Mozart menggambarkan semangat kebangkitan kembali setelah mati, IDP pun coba menunjukkan adanya kesadaran penuh meski hati diliputi (baca: dibutakan) oleh perasaan cinta. Artinya, sebenarnya ia tidaklah benar-benar dalam kondisi cinta mati, atau dengan kata lain IDP tidaklah benar-benar terhipnotis atas pesona kekasihnya atau tidaklah benar-benar terhipnotis atas kungkungan perasaan cintanya tersebut.

Selanjutnya, untuk memahami kajian visualnya, kita dapat melihat dari keseluruhan video klip Hipnotis-nya IDP ini. Sekali lagi, cukup gambarnya saja! Kalaupun ingin diharmonikan dengan lagu, cukuplah dengan bunyi, tapi jangan sekali-kali melirik liriknya. Ia memang tidak literal, dan ini merupakan hal yang bagus dan patut dicontoh oleh para penyanyi lain yang ingin membuat video klip yang berkelas. Video klip Hipnotis-nya IDP memang terdiri dari beberapa scene yang kompleks. Diawali dengan penampilan IDP di depan air terjun yang curam, lalu diganti dengan visualisasi 3D yang menggambarkan robot yang tengah menari, kemudian tayangan jatuhnya meteor dan kejadian tsunami, dan berlanjut dengan “kekuasaan” IDP yang mampu menari dengan para dancer-nya dengan berpindah-pindah tempat. Tempat-tempat yang dikatakan IDP itu masih berada di kawasan Indonesia, yakni di Bali, Air Terjun Sendang Gile Lombok, Teluk Jakarta, dan Tanjung Aan Lombok. Video klip yang dibuat selama 11 hari di 9 lokasi ini memang didukung dengan berbagai perlengkapan mumpuni, seperti kapal induk, helikopter, gedung pencakar langit dan juga dancer dari Korea Selatan.

Secara ekonomi politik, IDP yang juga memiliki blog pribadi ini membuka fakta bahwa video klipnya itu menelan dana lebih dari Rp 1 milyar. IDP seolah melemparkan pesan yang ingin kita tangkap bahwa IDP sebagai pemain anyar di dunia musik Indonesia ingin langsung mendapatkan tempat di benak kita selaku konsumen atau penikmat musik sebagai penyanyi yang totalitas dalam berkarya dan enerjik. Namun, jika kembali secara kajian visualisasi semiotika musik, ada pesan lain yang ingin IDP sampaikan kepada orang-orang yang menikmati video klipnya. Mungkin adanya teks di beberapa scene video klipnya membantu kita untuk lebih cepat menangkap pesan dari IDP tersebut, yakni: 
Bagian Awal:
We are nothing but aliens
Invading the planets with lust and technology

Bagian Akhir:
The remotes within ourselves the world is in your hand
Reserve the damage, save the planet!

Adapun kata kunci ada pada kata terakhir, “Save the Planet!”. Bahwa bumi dengan segala keindahannya, yang dibuktikan IDP dengan menunjukkan beberapa tempat eksotis di video klipnya itu harus selalu kita jaga. Terlepas dari adanya ancaman dari mahluk luar angkasa ataupun semakin tingginya kemampuan teknologi yang dimiliki manusia, bumi tetap harus dihipnotis (baca: dipelihara) dalam kondisi normal. Sehingga kalaupun bencana alam terjadi dan menyebabkan kehancuran atas bumi ini, itu bukanlah lagi karena kesalahan kita. Namun benar-benar memang waktu yang membuatnya harus menjadi hancur sesuai takdirnya.

Terlepas dari usaha kita dalam memahami isi video klip Hipnotis-nya IDP atau dengan kata lain me-review dari kacamata semiotika musik, tetap saja, semoga apa yang dilakukan IDP tidaklah sia-sia. Harus diakui bahwa selain dari sisi video klip ia memberikan pesan yang sangat positif, secara dasar ia pun memiliki suara yang bagus, wajah yang cantik, dan kemampuan koreografi yang mumpuni, yang secara keseluruhan akan mendukungnya menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Maka tak heran jika pada tahun 2011 ini, IDP sukses mendapatkan dua penghargaan, yaitu sebagai pemenang nominasi Album Solo Pendatang Baru Ngetop SCTV Music Award dan The Most Sensational Artis dari Majalah Rollingstones. Perfecto! Sekali lagi, selamat untuk IDP! Ditunggu karya-karya sensasional dan menghipnotis berikutnya!***

3 komentar:

Sari Cute mengatakan...

ahaa... pertamax, euy! tulisanny mnarik mb nita. jd, tw 2 hal skaligus, ttg semiotika musik ma ttg video klip Hipnotisny IDP...

Nita mengatakan...

Sari Cute: makasih yaaa... alhamdulillah, klo tulisan ini bmanfaat buat sari ato jg buat pembaca yg laen... :)

Nita mengatakan...

All Teman2: Teman2, makasih yaa... ud ngasih penilaian di pilihan reaksi di tulisan ini. Tp klo mo bantu vote tulisanku ini, bukan bgitu caranya. Tp lgs ke blognya IDP di http://indahdewipertiwi.blogdetik.com/. Trus nanti, tlg pilih yg no. 29, lalu diklik VOTE. Gitu y, teman2... :) Maturnuwun atas bantuannya... kamsia... tengkiu... mokasih...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...