Rabu, November 08, 2017

GenPI Sumsel Adakan Famtrip ke Lahat dan Pagaralam Tahun 2017


Ini adalah cerita tentang perjalananku bersama teman-teman komunitasku di Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Sumatera Selatan (Sumsel) beberapa minggu yang lalu, yakni Jumat-Minggu, 20-22 Oktober 2017. Perjalanan dengan tajuk “Famtrip GenPI Sumsel ke Lahat dan Pagaralam Tahun 2017” ini sangat istimewa. Diikuti oleh 31 anggota GenPI Sumsel dan 11 orang undangan dari GenPI Kabupaten dan Kemenpar RI, kami sukses menyinggahi 20 destinasi dalam waktu 3 hari 2 malam tersebut.

Day 1, Jumat, 20 Oktober 2017
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi saat saya usai memesan ojek online dari rumah saya yang berlokasi di daerah Km. 5 Palembang. Jasa transportasi baru negeri ini yang akan mengantarkan saya ke Stasiun Kertapati - Palembang, sekitar 30 menit dari rumah. Stasiun ini menjadi titik temu pertama seluruh anggota GenPI Sumsel yang akan berangkat ke Lahat dan Pagaralam, hari ini, Jumat, 20 Oktober 2017.

(1) Stasiun KAI Kertapati - Palembang
Setibanya saya di stasiun kereta api itu, anggota GenPI Sumsel lainnya sudah menunggu. Adalah Ade Prabella, anggota GenPI Sumsel yang juga bekerja sebagai masinis PT Kereta Api Indonesia yang membantu pengurusan tiket kereta api kami dari Palembang menuju Lahat.

(Semua Dimulai Dari Stasiun KAI Kertapati)
Perjalanan kereta api berjalan lancar. Pukul 9.30 WIB kami berangkat dengan menggunakan kereta api ekonomi Serelo dan tiba di Stasiun Lahat pada pukul 14.00 WIB. Di sana, kami sudah dijemput oleh 5 mobil yang dipimpin oleh Kak Aan Syahar, anggota GenPI Pagaralam yang sebentar lagi akan dilantik.

Saya mendapat mobil Xenia hitam dengan sopir Kak Aldi namanya. Dalam mobil kami, saya bersama 6 anggota GenPI Sumsel lain yang kebetulan cewek semua. Alhasil, suasana khas mobil cewek-cewek sangat terasa selama perjalanan.

(2) RM Yogya di Lahat
Pemberhentian pertama kami adalah Rumah Makan Yogya di Lahat. Rumah makan unik yang cukup instagramable ini menyajikan menu beragam, ada ayam bakar, ikan bakar, ayam crispy dengan sambal yang juga beragam. Nikmat itu kata kuncinya.

(3) Mabed - Lahat
(Mabed Lahat yang Cantik)
Perjalanan selanjutnya, kami menuju Mabed. Tempat wisata baru di Lahat yang menyajikan objek berfoto di Bukit Gumay. Ketika tiba, saya langsung tertarik untuk mengambil objek jembatan, kapal bendera, agunan cinta, dan kapal bunga. Setiap objek foto dikenakan biaya Rp 5.000,- oleh pengelolanya. "Bahan-bahannya jauh Dek ini, jadi tolong dibantu," kata sang ibu penjaga objek dan saya balas dengan senyum.

Momen-momen seperti ini saatnya mengakrabkan diri dengan yang lain. Senangnya, bisa berkenalan dengan fotografer-fotografer keren dan murah hati untuk mengambilkan gambar. Adalah Kak Nanda Dadidut, Eef, Reivo juga siapapun yang terlihat, selalu dimintai tolong untuk mengambilkan gambar, dan serunya tidak ada yang menolak.
Inilah kami, komunitas pencinta pariwisata. Hobinya jalan-jalan dan menikmati perjalanan. Foto-foto, ambil video, menjadi salah satu cara untuk mengumpulkan bahan yang nantinya menjadi alat untuk mempromosikan pariwisata di Sumatera Selatan khususnya.

(4) Cagar Budaya Komplek Megalitik Rindu Hati - Lahat
Ketika perjalanan menuju Pagaralam, kamipun sempat berhenti sesaat. Ternyata di bagian sebelah kanan jalan terdapat Cagar Budaya Komplek Megalitik Rindu Hati - Lahat. Lahat memang terkenal dengan sebutan kota 1.000 megalit. Banyak ditemukan batu-batu besar yang disinyalir peninggalan nenek moyang masyarakat Lahat di sana.

(5) Villa dan Hotel Gunung Gare - Pagaralam
Usai dari Mabed, perjalanan kami lanjutkan menuju Pagaralam. Saya sangat menikmati perjalanan ini. Semakin menikmati setelah tahu bahwa kami akan menginap di Villa dan Hotel Gunung Gare. Ini merupakan tempat menginap yang sangat terkenal di Pagaralam. So romantic gaes...

(6) Cafe D’Light - Pagaralam
(Lampu-Lampu di Cafe D'Light)
Usai pembagian villa, kami menuju MTQ, sebuah cafe bernama Cafe D'Light ada tidak jauh dari villa dan kami menikmati makan malam di sana. Beneran, suasananya manis sekali. Lampu-lampu kecil menghiasi pepohonan rindang di sana. Menu ayam bakar, ikan bakar dan ayam penyet kali ini menjadi pilihan dan lagi-lagi sedap banget.

(7) Tangga 2001 - Pagaralam
(Diskusi Malam GenPI Sumsel)
Acara selanjutnya adalah materi tentang "Bermain Twitter Agar Trending Topic" bersama Mas Eko, orang yang sengaja diundang untuk ikut famtrip ini dari GenPI Yogyakarta. Materi yang diberikan sangat berguna bagi anggota GenPI Sumsel untuk benar-benar paham kinerjanya dan apa yang bisa dilakukan untuk maksimal dalam mempromosikan pariwisata Sumatera Selatan. Obrolan santai di pelataran Tangga 2001 ini kemudian berakhir pada pukul 21.30 WIB dan semua peserta kembali ke kamarnya masing-masing.

Day 2, Sabtu, 21 Oktober 2017
Waktu masih menunjukkan pukul 3.30 WIB ketika suara riuh dari kamar sebelah membangunkan. "Mbak Nitaaa, ikut nyari sunrise gak?" tanya para anggota GenPI Sumsel yang kebetulan satu villa dengan saya. "Iya, ikut. Ini mau mandi," jawab saya. Haha, bayangin mandi di Pagaralam sesubuh itu bagaimana rasanya? Cuma mengingat dari kemarin sore belum mandi, berarti saya harus melakukannya.

(8) Tugu Harimau, Perkebunan Teh, Pagaralam
(Tugu Rimau Pagaralam)
Pukul 4.30 WIB ketika kami memulai perjalanan ke Tugu Harimau, titik point untuk foto puncak perkebunan teh Pagaralam. Hari masih gelap, sampai akhirnya tiba kami disambut dengan kabut. Kami bisa melihat pergantian hari dari gelap ke terang dari ketinggian 1.820 mdpl itu, meski sayangnya sunrise yang dicari harus tertutup kabut.

(GenPI Sumsel di Tengah Kebun Teh Pagaralam)
Bukan anak GenPI namanya kalah tidak berusaha menemukan titik fokus foto lainnya yang bisa digunakan untuk promosi. Lagi-lagi saya meminta pertolongan para anggota GenPI yang lain untuk mengambil gambar. Mereka semua baik-baik saudara-saudara, keluarga baru yang sangat menyenangkan.

(9) Kampung Plang Kenidai - Pagaralam
(Pintu Dengan Ukiran Khas Plang Kenidai)
Usai dari Tugu Rimau, kami kembali ke Villa dan Hotel Gunung Gare dan sarapan di sana. Istirahat sebentar, baru kemudian perjalanan fam trip kembali dilanjutkan pada pukul 10.00 WIB. Kami pun menuju Kampung Plang Kenidai.

Kampung Plang Kenidai merupakan kampung tertua di Pagaralam. Diyakini kampung ini sudah ada sejak tahun 1500 tahun yang lalu. Di sini, saya berbicara dengan warganya sembari mencari tahu tentang kampung ini. Namanya Bapak Dayud. Dia bercerita bahwa di kampung ini terdapat 13 rumah bari, dan ada 400 rumah kayu berwarna hitam dengan bentuk yang sangat khas. Kayu untuk membuat rumah-rumah ini namanya kayu tenam. Namun, kalaupun ingin membuatnya sekarang sudah tidak bisa lagi karena tukangnya sudah tidak ada.

(10) Makam Puyang Serunting Sakti - Pagaralam
(Di Depan Makam Puyang Serunting Sakti)
Tak jauh dari kampung ini juga ada Makam Puyang Serunting Sakti. Kami menyempatkan diri ke sana, menyusuri jalan kecil beraspal. Tiba di sana, ada serombongan penduduk yang ternyata melaksanakan korban, yakni upacara menyembelih kambing, dimasak gulai dan dimakan bersama-sama di sana dengan istilah Betepik.

Di makam itu juga, kita bisa melihat batu bekas tempat sholat Puyang. Dikatakan penjaganya, kadang orang yang juga melaksanakan sholat malam di sana suka mendapatkan sesuatu yang tak terduga, seperti batu cincin. Kamu mau coba? Silahkan saja... Hal ini karena legenda Sang Puyang atau yang juga dikenal dengan Si Pahit Lidah ini masih meninggalkan barang-barang mistis di masyarakat keturunannya berupa keris atau cupu. Pada waktu-waktu tertentu, diadakan upacara ritual pemandian benda-benda ini.

(11) Toko Souvenir - Pagaralam
Di Pagaralam juga banyak terdapat toko-toko souvenir. Kami berhenti di salah satunya. Saya sendiri membeli kaos lengan panjang untuk saya, kaos lengan pendek untuk Fafa, gantungan kunci, dodol kacang hijau, dan kopi. Lumayan untuk oleh-oleh dan pengingat bahwa saya sudah jalan-jalan ke sini.

(12) Green Paradise - Pagaralam
(Indahnya Green Paradise)
Lepas dari sini, fam trip kami berlanjut ke Green Paradise yang juga ada di Pagaralam. Cuaca rintik menemani namun semakin menambah sejuk suasana. Green Paradise merupakan objek wisata yang menawarkan keindahan alam buatan yang menghadirkan kolam ikan yang jernih dan dipenuhi tanaman selada air. Saya menyempatkan untuk mengambil foto di tengah kolam yang penuh warna hijau dari selada air. Cantik sekali.

(13) Curup Embun - Pagaralam
(Curup Embun Pagaralam)
Usai dari Green Paradise, perjalanan kami di hari kedua ini berakhir di Curup Embun. Menyempatkan dulu untuk makan siang yang kesiangan. Hahaha. Makan siang kali ini, juga penuh tantangan karena tempat duduk yang luas di sini sangat terbuka. Si penjaga curup ternyata memiliki banyak anjing peliharaan. Tidak menggigit memang, tapi risih saja makan dikelilingi anjing seperti itu. Tapi karena sudah kelaparan, sisi takut dengan gonggongan anjing itu pun hilang.

Usai makan, mulailah kami turun ke bawah, menuju lokasi air terjun. Debit air tidak terlalu deras membuat air terjun yang diharapkan ada 3 aliran hanya ada satu saat kami datang. Tapi itu bukan alasan untuk tidak bersenang-senang.

Awalnya yang tidak mau terjun, tapi ketika melihat Kerrick dan kawan-kawan bisa mendapatkan spot foto yang menarik, jadilah ikutan turun juga. Basah karena air itu menyenangkan. Baru menjadi masalah itu ketika perjalanan balik. Yups, tangga turun yang tidak seberapa awalnya, menjadi penuh tantangan saat pulang. Berkali-kali saya berharap, tangganya habis. Hahaha, nafas tersengal usai sampai. Muka ikut pucat saya rasa. Namun tidak apa-apa, pengalaman hari ini sungguh penuh cerita.

Malam ini, kami kembali makan di Cafe D'Light atau eks MTQ. Usai makan, saya bersama Koordinator GenPI Sumsel menyempatkan keluar mencari minimarket. Kondisi tubuh saya menurun. Tenggorokan tiba-tiba terasa gatal dan suara menjadi serak. Alhasil, wajib memulihkan diri dengan cepat, obat batuk, permen pelega tenggorokan dan air pereda panas dalam menjadi pilihan.

(14) Kamar 502 Villa Gunung Gare - Pagaralam
Tiba di villa, kami menuju kamar 502. Di sana menjadi tempat berkumpul untuk kembali melakukan koordinasi GenPI Sumsel. Kegiatan koordinasi itu baru berakhir pada pukul 11 malam. Muka tepar, langsung mengantarkan ke dunia mimpi lebih cepat ketika sampai kamar.

Day 3, Minggu, 22 Oktober 2017
Good morning... Hari ketiga hari ini. Minggu, 22 Oktober 2017, kami kembali memulai petualangan kami.

(15) Penginapan DCabin - Pagaralam
Pemberhentian pertama kami ke penginapan unik dengan nama DCabin Pagaralam, sebuah penginapan di Pagaralam yang menerapkan konsep rumah unik dan minimalis. Harga yang dibandrol sekitar Rp 350.000-400.000 per malam. Saya menyempatkan diri untuk ikut berfoto dan melihat fasilitas yang ditawarkan dari 8 unit rumah yang ada di sana.

(16) Taman Batu Organik - Lahat
(Taman Batu Organik Lahat)
Pasca dari sana, perjalanan dilanjutkan ke Taman Batu Organik yang ada di Kecamatan Muara Payang. Perjalanan ke sana penuh tantangan, sampai sang Ketua Koordinator GenPI Sumsel Kak Robby Sunata sempat mengalami eksiden sedikit karena terjatuh dan tangan kirinya terkilir. Semangat Kak Robby, semoga cepat sembuh.

Saya sempat berkeliling dengan Pak Anto yang bekerja di taman batu organik. Dia menceritakan bahwa gurunya lah yang membuat taman itu yang bernama Pak Damsi. Di luas tanah 2 hektar tersebut, Pak Damsi bersama murid-muridnya membangun taman dengan batu-batu alam. Ide yang sudah berusia 30 tahun mengalami percepatan pembangunan dalam 10 tahun terakhir. Banyak filosofi yang diceritakan oleh Pak Anto mewakili gurunya yang sedang keluar kota.

Bahwa penyusunan baru yang tanpa menggunakan semen itu benar-benar melalui perhitungan yang cermat agar bisa berdiri kokoh dan rapi. Suasana hijau juga menerpa di antara bunga-bunga yang ada di taman. Menyejukkan hati.

(17) RM Ayam Penyet - Lahat
Usai dari taman batu organik, perjalanan kami lanjutkan ke tempat makan yang ada di Lahat. Menu ayam penyet menjadi pilihan utama para anggota GenPI Sumsel siang ini.

(18) Pelancu - Lahat
(Diskusi GenPI Sumsel Bersama Pengelola Pelancu)
Usai makan, kami pun menuju Pelancu, sebuah tempat wisata di Desa Ulak Pandan, Lahat. Warna yang ada di kata Pelancu merupakan simbol warna 6 suku yang ada Pelancu, yakni Kudus, Rantau Safat, Tiang Batu, Gunung Aji, Karang Ilir, Ruguk Tapang. Pelancu juga unik karena di sini terdapat 3 muara sungai, yaitu Lematang, Sehile, Milang. Rencana pengembangan Pelancu yang dilaunching 10 Oktober 2017 ini sangat banyak. Selain spot-spot untuk foto, ke depan menurut Evan Yusuf, Ketua Pengelola Pelancu juga akan dikembangkan wisata air, wisata kebun, dan flying fox.
(Foto Berlatar Gunung Jempol)
Di sini, selain berfoto dengan latar Gunung Jempol atau Gunung Telunjuk atau Bukit Serelo, berfoto dengan spot-spot foto selfie di Pelancu, kami juga berdiskusi dengan pengelolanya lebih dalam.

(19) City Mall Lahat
(Menjadi Narsumber Dalam Talk Show Pariwisata di Lahat)
Usai magrib, perjalanan kami pun menuju City Mall Lahat. Di sini akan ada Talk Show tentang Pariwisata yang meminta GenPI Sumsel menjadi salah satu pembicaranya. Ditunjuklah saya sebagai perwakilan narasumber GenPI Sumsel. Hahaha... Padahal suara saya sedang serak berat saat itu.

(20) Stasiun KAI Lahat
Akhirnya kami menuju stasiun kereta api ini menjelang pukul 9 malam. Pukul 10 kereta kelas bisnis pun berangkat. Kami tiba di Palembang pukul 4 pagi di hari Senin, 23 Oktober 2017. Saya memilih memesan Gocar kali ini untuk menuju rumah. Akhirnya saya sampai di rumah dengan selamat dan dengan sejuta pengalaman manis yang tak ternilai harganya.

Terima kasih GenPI Sumsel telah mengajak saya mengikuti perjalanan yang penuh warna ini. Terima kasih juga kepada Kemenpar RI yang terus mendukung pariwisata negeri ini. Terus maju, terus berkontribusi. Salam pesona Indonesia: Wonderfuuuul. Salam GenPI Sumsel: Gaaaaas!!!!!

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren mbak 😍

Unknown mengatakan...

Sangat bermanfaat 👍

Angger Nugroho mengatakan...

Kece mba ..

fajar herlambang mengatakan...

hayo mbak, diupdate lagi blog nya

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...