Rabu, April 14, 2010

Terima Kasih GSC (14 April 2008 – 14 April 2010)

Hari ini tepat 2 tahun sudah aku di Super Bimbel GSC. Artinya, kontrak kerjaku sudah ditunaikan dan aku berhak untuk kembali memilih. Keputusan untuk tidak memperpanjang kinerja adalah sebuah pilihan. Keputusan untuk saling mengucapkan terima kasih itu juga adalah sebuah pilihan. Benar, ada rasa sentimentil menyeruak saat keputusan itu benar-benar diambil. Namun, setiap kali rasa itu muncul, aku tetap berusaha untuk tersenyum.

”ALL IZZ WELL”. Kata sakti dari film ”3 Idiots” ini tampaknya cukup membantu. Tuhan, teman, suami, keluarga, Nita... semua akan baik-baik saja. Ini hanya masalah pintu. Saat satu pintu tertutup, akan selalu ada pintu lain yang terbuka. Terlepas apa alasanku untuk tidak memperpanjang, ada banyak alasan yang wajar bila pada akhirnya aku harus mengucapkan terima kasih kepada Super Bimbel GSC.


Pertama, aku berterima kasih karena sudah banyak diberikan kesempatan untuk belajar mengetahui potensi diri yang ada padaku. Belajar menjadi leader, menjadi pelobi, menjadi pengajar, menjadi pemotivasi, menjadi pendesain, menjadi pengelola website, menjadi MC, menjadi pembicara seminar, menjadi pengawas TO, menjadi pemonitoring, menjadi penulis proposal, bahkan menjadi penyebar brosur dan pentelemarketing. Untuk dua hal terakhir, mungkin ini yang paling tidak kusukai walau jelas tetap kulakukan tentunya. Hee... Untuk yang lainnya, sebaliknya. Terutama tentang menjadi leader, menjadi pendesain, dan menjadi pengelola website.

Kedua, aku berterima kasih karena aku sudah diberikan kesempatan juga untuk membuktikan bahwa aku bisa menghasilkan uang sendiri. Meski nominalnya kalah jauh dengan teman-teman satu angkatan SMA-ku, cuma dari yang kecil itu aku mampu menabung dan membeli hal-hal yang kubutuhkan. Bolehlah kalau aku bangga sudah memiliki motor, hp, dan hal-hal kecil lainnya seperti baju, sepatu, dan tas setiap bulannya dengan uangku sendiri.

Kemudian ketiga, aku berterima kasih karena aku pun diberikan kesempatan untuk mengenal lebih banyak teman baik. Ada orang-orang hebat yang kutemui di perusahaan ini. Ada Ratih yang kini sudah di posisi lebih baik dan akan segera menikah. Satu-satunya teman yang masuk GSC berbarengan dan bertahan. Ada Niken dan Andi yang sudah resign duluan. Ada para dewan direksi, Bang Ronald, Bang Muslim, Mbak Nia, dan yang terbaru Bang Izzul yang semoga mampu memberikan kebijakan-kebijakan terbaik untuk GSC ke depannya.

Ada Mbak Rita, Bu Juni, Ade dan Happy serta Kak Agus yang kukenal di Tim Operasional GSC. Masih ada Mbak Novi, Mbak Okta, Mbak Mierda, dan Mbak Desi di Keuangan. Endah dan Titi, duo pengetikan yang selalu kuganggu untuk minta diprintkan sesuatu. Atau Novita, Fikri dan Tholib yang semasa menjadi Kepala Outlet dulu sering kukejar untuk segera menyelesaikan berkas TO kerjasama.

Di outlet, ada Nyimas, Dewi, Bu Yayah, Handian, Atun, Lolyta, Andi Tentor dan Fanny. Serta para tentor-tentorku yang penuh energi: Ryxka, Mbak Nings, Mbak Rifda, Mbak Yati, Rima, Dhiah, Mbak Evi, dan lain-lain. Juga rekan-rekan lain dari outlet franchisee: Dandi, Angga, Mbak Tuti, Yuni, Meri, dll. Semua menawarkan persahabatan yang baik. Terima kasih. Oya, satu lagi, dan ini yang terpenting, untuk Pak Yo, sang motivator. Aku suka ketika beliau memberikan materi training pertama untuk kami ketika masih awal menjadi team leader dulu. Yah, kalau Pak Yo bisa, kenapa aku tidak?

Untuk point yang lain, aku harus ungkapkan pula bahwa semasa menjadi karyawan di GSC, banyak peristiwa penting terjadi dalam hidupku. Kepergian almarhum bapak (4 Agustus 2008) dan pernikahanku dengan Rudy (9 Mei 2009). Masa menjadi karyawan GSC juga, aku bangga bisa melihat adik-adikku berhasil melalui tahapan hidup mereka, Dian yang lulus masuk SMA Negeri 6 Palembang (2009) dan Dewi yang diwisuda S1 AN UNSRI (1 April 2010).

Kini, semua kisah itu sudah kurangkum. Kisah klasik untuk masa depan yang mungkin bisa kuceritakan untuk anak-anakku nanti. Hee... Amin... Well, masih teringat dengan sebuah kalimat dari film ”3 Idiots” tadi, ”Yang penting bukan apakah kau sudah sukses atau belum, yang penting adalah apakah kau sudah mengefisiensikan potensi yang ada di dirimu atau belum? Andai potensi itu sudah dikeluarkan maksimal, yakinlah kesuksesan akan ada di belakangnya.”

So???? ALL IZZ WELL.......


Palembang, 14 April 2010

5 komentar:

Anonim mengatakan...

apapun alasan tidak memperpanjang, semoga itu adalah pilihan yg terbaik ya mbak.
so, skrg mau jd full time wife nih? atau mau move on ke tempat lain?

Nita mengatakan...

iya, ria... skrg, mo jadi istri yg nemenin suami dulu. sambil mo ambil kursus TOEFL buat persiapan ujian S2 UGM... ^^

jemix mengatakan...

mudahan2 (pasti) mendapatkan sesuatu yg lebih baik, life must go on...

Unknown mengatakan...

Meyakini batasan adalah menciptakan batasan.

Jika orang lain mengatakan yang mungkin Anda capai, janganlah Anda menjadi orang pertama yang meragukannya.

Sekali lagi, meyakini batasan adalah menciptakan batasan.

Karena sebetulnya,

Batas-batas Anda hanya sejauh kebebasan perasaan dan pikiran Anda.

Jika perasaan Anda bebas, Anda akan mengutamakan perasaan yang baik, yang bersahabat, yang mengutamakan dugaan-dugaan baik,
sehingga Anda tidak menyiksa diri dengan perasaan dan dugaan buruk – yang lebih sering salah daripada benar.

Jika pikiran Anda bebas, Anda akan lebih menyibukkan diri dengan pikiran-pikiran yang menjadikan Anda lebih siap bagi upaya-upaya baik yang membesarkan.

Nita mengatakan...

jemix: amin... mokasih banyak. btw, baek2 yo, mix dg widyanyo... :)
hrd gsc: wah... thanks a lot ud mampir d blogku & nulis koment. komentny bagus lg... nih, klo ud punya blog ud jd artikel sendiri. hehehe...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...