Seandainya warna merah yang terletak di layer paling atas Rainbow Cake diasumsikan sebagai rasa paling enak, seharusnya semua guru yang ada memegang bendera warna merah yang sama untuk menandakan bahwa mereka semua sebagai guru yang ideal. Namun, seperti Rainbow Cake, guru-guru yang kutemui sejak SD hingga SMA pun begitu berwarna. Ada yang pintar, ada yang agak pintar, ada yang bersahaja, ada yang pecicilan, ada yang pendiam, ada yang cerewet, ada yang hobinya ngasih tugas LKS, dan ada juga yang sangat mahir bercerita sehingga ada beberapa nama di antara mereka yang “sengaja” terus kuingat sampai sekarang.
Guru SD yang masih kuingat sampai sekarang adalah Ibu Yusnita (almh). Beliau mengajar pendidikan agama Islam. Saat bersekolah di SD Muhammadiyah 14 Palembang itu, pendidikan agama memang selalu diutamakan. Rasanya sangat mudah sekali menghafal surat-surat pendek di masa itu. Kalau sekarang, untuk sholat pun biasanya akrab dengan surat itu-itu saja. Hee... U know what laaah... Tapi, moment belajar yang paling kuingat itu, ketika kelas 2 SD, Ibu Yusnita bercerita tentang Sidratul Muntaha. Yakni, sebuah jembatan di alam akherat, yang katanya tipisnya seperti rambut yang dibelah 7. Di bawah jembatan itu, api neraka dengan dahsyatnya menyala-nyala. Bagi yang amalannya sedikit, kemungkinan untuk jatuh pasti lebih besar. Namun bagi yang amalannya banyak, ia seolah berlari dengan menggunakan kereta kuda ketika menyembrangi jembatan itu. Weeeh, cukup lama aku terus terbayang-bayang atas kisah itu. Mungkin sampe sekarang masih. Kalau lewat jembatan apa saja, cerita itu pun terbayang. Haha, cuma yaaah... dampaknya sangat positif. Meski tetap sampai kapanpun tidak pantas disebut sebagai manusia sempurna, namun usaha untuk menjadi manusia baik itu selalu ada. Salah satunya karena kisah Sidratul Muntaha itu tadi.
Nih, blog yang sengaja kubuat untuk saling berbagi cerita ttg dunia yang kujalani, ttg hidup yg begitu uniknya, ttg apapun yang berhasil mengusik perhatianku untuk segera kurangkai dalam kata-kata sehingga mengalir sebuah kisah yang menarik...
Minggu, September 23, 2012
Kamis, September 13, 2012
Dunia Baru, Hidup Baru
Sudah lama gak up date blog, tentu saja sudah banyak hal yang terjadi dalam hidupku. Yang jelas, prinsip hidup itu tidak pernah berubah. Separah apapun masalah yang terjadi, hantaman yang diarahkan kepadaku, walau harus tertatih, harus menangis darah, aku akan terus berjalan. Moving on, dan ini dalam arti yang sebenarnya.
Kalo ngeliat tulisan terakhir yang aku muat, aku cerita tentang ulang tahun Fafa. Berarti sudah sekitar 5 bulan blog ini tak tersentuh. Hee... tapi syukurlah, tetap ada saja yang berkunjung. Lima bulan bukan waktu yang sebentar. Di lima bulan ini, Mei-Juni-Juli-Agustus-September 2012, banyak hal yang terjadi. Semua menjadi rentetan peristiwa yang mengiringi keputusan yang telah aku pilih untuk hidupku ke depannya.
Masa-masa yang berat, mungkin paling berat yang pernah kurasakan dalam hidup. Menghadapi kenyataan tentang pengkhianatan adalah hal yang sebenarnya sejak dulu aku wanti-wanti agar tidak terjadi dalam hidupku. Namun ternyata terjadi jua... Haha! Tertawa dalam ironi itu tak jarang terjadi. Tapi, tentu saja, mungkin menangis, mungkin marah, mungkin kecewa, tapi ini tetap saja adalah sebuah batu yang biasa ditemui setiap manusia dalam hidupnya. Saat sehelai daun runtuh, Tuhan akan segera menggantinya dengan daun baru yang lebih baik. Lalu, apa bedanya dengan ini?
Kalo ngeliat tulisan terakhir yang aku muat, aku cerita tentang ulang tahun Fafa. Berarti sudah sekitar 5 bulan blog ini tak tersentuh. Hee... tapi syukurlah, tetap ada saja yang berkunjung. Lima bulan bukan waktu yang sebentar. Di lima bulan ini, Mei-Juni-Juli-Agustus-September 2012, banyak hal yang terjadi. Semua menjadi rentetan peristiwa yang mengiringi keputusan yang telah aku pilih untuk hidupku ke depannya.
Masa-masa yang berat, mungkin paling berat yang pernah kurasakan dalam hidup. Menghadapi kenyataan tentang pengkhianatan adalah hal yang sebenarnya sejak dulu aku wanti-wanti agar tidak terjadi dalam hidupku. Namun ternyata terjadi jua... Haha! Tertawa dalam ironi itu tak jarang terjadi. Tapi, tentu saja, mungkin menangis, mungkin marah, mungkin kecewa, tapi ini tetap saja adalah sebuah batu yang biasa ditemui setiap manusia dalam hidupnya. Saat sehelai daun runtuh, Tuhan akan segera menggantinya dengan daun baru yang lebih baik. Lalu, apa bedanya dengan ini?
Langganan:
Postingan (Atom)