Tiba-tiba sebuah sms tentang cinta masuk di sms Nana. Bunyinya lumayan bikin hati melambai-lambai seperti daun nyiur di pantai. Tapi karena si pengirim hanya nomor, belum ada di phone book, Nana langsung membalas, "Siapa nih?"
Lalu, sang pengirin sms romantis membalas, menyebutkan namanya yang selama ini sangat dihindari Nana, "Devil Girl".
Nana menghindar untuk membalas setiap sms masuk dari si Devil Girl bukan karena takut, tapi ia tidak ingin mengetahui hal-hal yang tidak perlu diketahui. Baginya, sakit hati hanya untuk hal yang diketahui. Maka, andai ia tidak tahu, tak ada sakit hati.
Terlanjur membalas, jadi Nana meladeni sms si Devil Girl malam itu. Sampai akhirnya, dering telfon Nana berbunyi. Si Devil Girl belum puas men-sms, jadi dia menelfon! Nana mengangkatnya.
Whatsss.... Inilah si Perempuan Bertanduk Setan sebenarnya. Ia mencari banyak cara untuk menghancurkan Nana. Termasuk membolak-balikan hati Nana tentang kekasih hati yang nun jauh di sana. Hati Nana geram, tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk terus membiarkan si Devil Girl berceloteh tentang kehidupannya di neraka.
Akhirnya, telefon usai. Nana menarik nafas berat dan panjang. Hatinya, pikirannya, pandangannya jauh menerawang. Ia lihat foto kekasihnya, Toni, di dinding kamarnya. "Gak, gak mungkin dia tega melakukan itu..."
Nana beringsut dari kamarnya, menuju kamar mandi. Ia mengambil wudhu. Waktu sholat Isya sudah masuk dari tadi. Perlahan, ia melakukan gerakan-gerakan sholat, hatinya masih terbawa suasana yang serba berantakan.
"Tuhan, aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Benarkah semua perkataan Perempuan Bertanduk Setan itu? Atau ia hanya ingin menggodaku, menjauhkan niat tulusku untuk mengabadikan cinta atas nama-Mu dengan Toni... Tuhan, kuserahkan saja semua takdirku pada-Mu. Andai Toni memang untukku, tolong jagalah dia... Aku mencintainya, selamanya..."
Nana terdiam lama di atas sajadahnya usai sholat. Tak tahan memendamnya sendirian, Nana pun menelfon orang yang paling ia percaya dalam hidupnya, Toni.
Nada suara Nana begitu lembut, sangat berbeda dari biasanya. Ia berkata dan bertanya... Toni hanya meminta kepercayaan dan kepercayaan.
Ternyata menjelang hari keabadian duniawi yang begitu sakral, para setan dalam segala bentuk seolah selalu datang menggoda. Pun tak cukup hanya itu, ia ingin menghancurkan!
Malam itu, Nana tak bisa tidur. Ia hanya terfikir Toni. Begitu besar rasa rindunya kini membuncah, seolah sama besarnya dengan rasa kesalnya terhadap Perempuan Bertanduk Setan yang ingin dibunuhnya!
Tangis Nana pecah melalui telefon itu... Toni hanya berusaha menenangkan, "Cantik, jangan menangis. Aku sangat mencintaimu. Tunggulah, saat itu akan datang sebentar lagi."
Nana tahu, semua hanya tentang rasa. Saat sampah yang ia masukkan, maka sampah juga yang akan dia keluarkan. Nana tidak mau hidupnya berantakan hanya karena ulah tolol sang Perempuan Bertanduk Setan.
Nana telah memilih kini. Ya, dia memilih untuk mencuci otaknya atas memori kehadiran Devil Girl. Mungkin baik ia dan Toni bukanlah manusia paling sempurna yang tinggal di bumi. Tapi setidaknya, dia sadar, hanya bersama Toni, ia tahu artinya kedamaian dunia yang diselimuti cinta. Setidaknya, dogma itu yang ia yakini saat ini, dan semoga Tuhannya pun mengangguk untuk gadis cantik berselendang biru itu.