Nih, blog yang sengaja kubuat untuk saling berbagi cerita ttg dunia yang kujalani, ttg hidup yg begitu uniknya, ttg apapun yang berhasil mengusik perhatianku untuk segera kurangkai dalam kata-kata sehingga mengalir sebuah kisah yang menarik...
Senin, Desember 27, 2010
Arti Romantic Moments Untukku
“Bicaralah. Jangan diam saja…”
Matamu yang penuh romansa itu hanya menatapku.
Yah, begitulah dirimu. Tak banyak bicara jika bertemu. Kamu bilang, kamu bukan tipe romantis. Kamu yah kamu. Kamu yang begitu. Yang tak banyak bicara jika bertemu.
Aku kenal kamu tahun 2003 lalu. Lalu, menjadi dekat di tahun 2004 dan menjadi lebih dekat dalam ikatan suci di tahun 2009. Kini, menjadi lebih dekat lagi saat aku tengah mengandung buah cintamu dan aku.
Iya, dia suamiku, calon papa sang dedek yang kini tengah menginjak minggu ke-25 dalam kandunganku. Namanya Mas Rudy. Usianya lebih tua tiga tahun dariku. Dia orang Yogya, aku kenal dia ketika kuliah jenjang diploma di sana. Aku sendiri orang Palembang. Namun perbedaan budaya ini bukan masalah besar untuk kami. Justru karena ini, kami jadi bisa dua bahasa masing-masing.
Yang menjadi masalah hingga saat ini adalah jarak. Saat usai menikah kami harus terpisah Palembang – Serang karena harus sama-sama bekerja hingga setahun lamanya. Kini, usai aku menyelesaikan kontrak kerja, kami kembali harus terpisah Yogya – Serang karena walau aku berada di kota asal suamiku untuk melanjutkan kuliah di jenjang S2, dia tetap saja harus bekerja di Serang.
Jadi, inilah kondisinya saat ini. Selama hampir 20 bulan pernikahan kami, perjumpaan-perjumpaan yang singkat selama 4-5 hari dalam sebulan boleh jadi adalah masa-masa bulan madu untukku. Masa-masa romantis yang hadir untuk dinikmati bahkan disyukuri. Tak ingin banyak mengeluh karena hidup adalah pilihan yang harus dijalani suka plus dengan dukanya sebagai bonus.
Menonton film terbaru di bioskop, makan di tempat makan favorit, atau cuma seharian di rumah menjadi masa-masa romantis untuk kami. Iya, mungkin romantis di sini tak bisa didefinisikan dengan hal-hal selalu sama, tak jarang beda itu ada. Tak bisa juga didefinisikan dengan penuhnya hal-hal berbau seperti bunga mawar, boneka, puisi, atau pita-pita berwarna pink. Yah, seperti awal tadi kukatakan, suamiku bukanlah orang yang romantis. Seumur hidupku, bunga mawar yang pernah ia berikan itu hanya ketika dua kali wisudaku. Pertama ketika wisuda D3 Public Relations UGM Yogya, dan kedua ketika wisuda S1 Ilmu Komunikasi UNS Solo. Untuk boneka, ia hanya memberikannya ketika merayakan hari kasih sayang di 3 tahun pertama masa pacaran kami. Setelah itu? Tidak pernah ada bunga dan boneka lagi.
Tapi meski begitu, aku harus mengakui bahwa aku tidak bisa kehilangan dia. Walau tak banyak bicara jika bertemu langsung, walau tak pernah lagi diberikan boneka dan bunga, walau belum pernah diajak ke suatu pulau untuk berbulan madu, namun hanya dia yang mampu mengerti aku. Hanya dia yang sanggup membuatku tertawa saat hatiku sedang kelabu, merah membara, atau bahkan tengah tak jelas warnanya. Telfon dan smsnya selalu menemaniku setiap hari. Saat itulah dia banyak bicara. Namun, jika bertemu langsung? Tampaknya dia benar-benar tidak ingin menjadi NATO (No Action, Talk Only). Aku suka caranya... Aku suka tatapan mata dalam diamnya. Aku suka dukungannya dalam setiap usahaku mengejar mimpi-mimpiku.
Yah, itulah arti romantic moments untukku. Arti bahwa romantis tidak sekedar momen yang harus hadir di ajang bulan madu atau sejenisnya. Arti bahwa romantis itu nyatanya cukup hadir dengan ucapan sms sederhana: “Mama dedek udah makan blom?”, di siang hari ketika kepalaku sudah cukup pusing dengan kuliah seharian. Ataupun kalau ingin yang lebih rumit, arti romantis cukup hadir dalam genggaman tangan dalam arti sebenarnya. Untuk itu, aku sendiri selalu menghargai setiap perjumpaan. Tak perlu jauh-jauh ke lokasi tertentu untuk bahagia. Cukup dengan bertemu, dan elusan tanganmu yang penuh kasih di perutku.
“Bicaralah. Jangan diam saja…”
Matamu yang penuh romansa itu kembali menatapku. Namun kali ini disertai dengan senyuman penuh arti, “Sebentar lagi kita punya dedek, ma... Terima kasih sudah menjadi calon ibu terbaik untuk anakku... Terima kasih sudah menjadi wanita sempurna dalam hidupku...”
(Yogyakarta, 27 Desember 2010)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Salam..
everything about him...
So Nice..Senangnya, ketika benar-benar dipasangkan dengan si pemilik tulang rusuk.
*mupeng mode on
Semoga lancar sampe lahiran yo yukk ^___^
Semangat jugo untuk kuliahnyo..
Be a best Mom ever
*Hugs
Putri: terima kasih.. maaf baru bales skrg.. semua kisah kini sudah berubah. namun, slalu bdoa, smoga ini baik, Insya Allah.. :)
Posting Komentar