“Mbak Nita, sehat?!!” ujar Kak Robby dari balik setir. “Hahaha, sehat Kak! Ayo, kita lanjuuut!!!” jawab saya yang kemudian disertai tawa renyah anggota
Tim Pesona Sriwijaya yang lain. Kami berlima kali ini, saya (
@anitashiva88), Kak Robby Sunata (
@robbysunata), Mbak Kiting (
@paramiswari), Kerrick (
@kerrick23 dan
@palembangkulukilir) dan Momon (
@momonreborn dan
@palembangterkini) pun memulai perjalanan.
Memulai Perjalanan Ke Baturaja
Jarak tempuh dari Lubuk Linggau ke Baturaja adalah 276 km (7 jam) melalui Lahat atau Jalan Raya Lintas Tengah. Jalanan cukup baik dan kami pun dapat menikmati pemandangan Bukit Barisan menjelang senja. Saya tetap di mobil, yang lain pada keluar mobil untuk mengambil gambar Bukit Barisan itu. Terutama Mbak Kiting yang saya lihat begitu antusias untuk mengambil
scene gambar dengan cara melompat-lompat di tengah jalan. Kak Robby dengan sabar mencoba memahami keinginan Mbak Kiting yang saya hitung lebih dari 20 menit kami berhenti di pinggir jalan itu. Kenapa lama? Ya karena harus hati-hati, di antara mobil yang juga melintas di jalan itu. Hahaha, saya ini baru di level blogger yang penting dapet gambar sebagai bukti cerita. Saya paham harusnya bisa lebih dari itu, tapi prinsip saya sekarang memang tidak harus itu. Haha... Jangan pusing yaa...
|
(Peta Dari Lubuk Linggau Ke Baturaja: 276 km) |
Ketika azan magrib berkumandang, kami berhenti di samping Warung Tenda Pecel Lele yang di depannya ada masjid. Usai sholat, saya dan Kerrick duluan masuk ke warung tersebut, yang lain masih di masjid. Dan kamu tahu apa yang terjadi, usai memesan dan makanan sedang disajikan, werrrr hujan deras datang. Saya melihat Kak Robby, Momon dan Mbak Kiting dari seberang jalan. Naaah, sampai kapan mereka terjebak? Setelah 10 menit, Kerrick cukup cerdas untuk bertanya apakah si empunya warung punya payung atau tidak. Ternyata punya, dijemputlah para
survivor yang terjebak tadi untuk ikutan makan malam. Hehe...
|
(Cuci Muka Sesampainya di BIL Hotel Baturaja) |
Tiba di BIL Hotel Baturaja
Tepat pukul 12 malam, kami tiba di Baturaja dan langsung menuju
BIL (Baturaja Indah Lestari) Hotel yang ada di Jl. Garuda No. 2A Baturaja, Tj. Baru, OKU, Sumatera Selatan Telp. 0735-325999. Kami langsung masuk kamar untuk istirahat dan saya kembali sekamar dengan Mbak Kiting. Alhamdulillah, katanya ini hotel terbaik yang ada di Baturaja, dan kamar yang saya inapi juga cukup baik: Kamar 508.
|
(Di Depan Resepsionis BIL Hotel Baturaja) |
Menuju Acara Sosialisasi Rumah Peradaban Goa Harimau
Saya bangun pagi, usai sholat subuh, dilanjutkan merekapitulasi hitungan peserta reuni SMP Negeri 19 Palembang yang juga menjadi pikiran saya selama perjalanan. Selesai menghitung lanjut mandi dan sarapan pagi. Pagi ini
breakfast kita agak terburu-buru, karena tidak seperti di Lubuk Linggau yang kita bebas untuk melakukan liputan, kali ini, kita berbarengan dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, Ibu Irene Camelyn Sinaga, SSTP, M.Si untuk datang ke Goa Putri mengikuti
Sosialisasi Rumah Peradaban Goa Harimau, Kamis, 15 April 2017.
|
(Spanduk Acara Sosialisasi Rumah Peradaban Goa Harimau di Halaman Goa Putri) |
Rombongan ternyata berkumpul dulu di rumah dinas Bupati OKU dan berangkat bersama menuju Goa Putri. Kami tiba di Goa Putri pada pukul 10.00 WIB. Sempat macet tadi di jalan namun berhasil diuraikan. Rasanya baru kemarin saya ke goa ini karena acara ASPIKOM Sumsel persis satu bulan yang lalu, Rabu, 15 Maret 2017, kini sudah ke sini lagi. Hehe, rasa penasarannya sudah tidak ada. Namun, ketika mengetahui bahwa yang dilakukan sekarang adalah sosialisasi Goa Harimau,
well, semangat “Saya harus ke sana!” pun berkobar-kobar.
|
(Acara Sosialisasi di Dalam Goa Putri Baturaja) |
Rupanya acara Sosialisasi Rumah Peradaban Goa Harimau itu berlangsung di dalam Goa Putri, yang ada di Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Lampu-lampu menerangi di bagian dalam, di antara 400 orang yang hadir, baik dari pihak pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan sejumlah mahasiswa dan pelajar SMP, guru dan awak media. Saya melihat para pelajar SMP itu juga dibagikan kaos, tas ransel, dan buku tentang acara ini. Menarik, proses sosialisasi yang serius tampaknya demi menekankan bahwa keberadaan Rumah Peradaban Goa Harimau ini dapat menjadi titik tolak kesadaran bahwa sejarah itu ada di Bumi Sriwijaya.
|
(Semua Pihak Yang Terlibat Dalam Sosialisasi Rumah Peradaban Goa Harimau.
Sumber Gambar: southsumatratourism.com) |
Dikutip dari
antarasumsel.com bahwa kegiatan ini merupakan sinergisitas dari berbagai pihak yang memang diawali dari pihak Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang berhasil menemukan hasil risetnya di Goa Harimau. "Kita memaparkan hasil riset kita, karena sebagian masyarakat belum mengetahui hasilnya. Di sini kita memediasi riset kita, membumikannya dengan rumah peradaban. Jadi dengan rumah peradaban ini kita membentuk ekosistem dan memunculkan komunitas yang peduli peradaban," ujar Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Geria saat sosialisasi tersebut.
|
(Mengambil Gambar di Tengah Goa Putri) |
Hal yang perlu dicatat bahwa situs Goa Harimau ini menjadi salah satu pusat hunian prasejarah terpenting di antara 60-an goa dan ceruk ditemukan di wilayah ini. Para leluhur yang mendiaminya, setidaknya sejak 4.000-an tahun lalu hingga sekitar awal-awal Masehi, dengan meninggalkan evolusi kehidupan dan nilai-nilai budaya penting melandasi peradaban di masa sekarang.
|
(Ilustrasi Nenek Moyang Orang Sumatera yang Hidup di Goa Harimau) |
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Irene Camelyn Sinaga, SSTP, M.Si yang hadir di kesempatan itu menjelaskan, yang ada di Goa Putri dan Goa Harimau ini merupakan suatu berkah. “Gua Harimau diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan pariwisata,” kata Bu Irene.
|
(Buku Yang Dibagikan Ketika Sosialisasi Goa Harimau) |
|
(Lukisan-lukisan Purba yang Ditemukan di Dinding Goa Harimau) |
Tim Pesona Sriwijaya Menjelajah Goa Harimau
Tak pelak, saya yang sempat kembali mengitari Goa Putri bersama Kak Robby sampai kemudian berujar, “Kak Robby, ke Goa Harimau saja yuk! Tanggung sudah jauh-jauh ke Baturaja tapi gak ke sana. Penasaran saya, Kak..” Gayung bersambut, Kak Robby juga mau mengeksplorasi ke sana. Saat keluar Goa Putri, kami sempat bertemu dengan Kak Yudhy Syarofie yang juga budayawan Palembang. Tapi saat diajak untuk ke Goa Harimau, ujaran dari mereka agak bikin ciut nyali juga. “Jauh Nita, melewati hutan, becek, satu jam paling tidak harus jalan kaki ke sana,” ujar Kak Yudhy.
|
(Tim Pesona Sriwijaya Menjelajah Goa Harimau) |
|
(Sejauh Mata Memandang Ke Bawah Dari Goa Harimau) |
Maju-mundur. Tapi, yaaaah, ini petualangan, harus dilakukan. Hehehe. Akhirnya, seluruh Tim Pesona Sriwijaya yang berjumlah 5 orang tetap berangkat. Kita juga ditemani oleh 2 orang mimin pengelola Instagram sekitaran Baturaja dan Muara Enim yang kita temui di sana. Apa yang terjadi? Hahaha... Apa yang dikatakan Kak Yudhy memang benar. Sepanjang 1 km perjalanan, kami harus melewati hutan, kebun warga, rumput dan becek. Sepatu Skechers saya ikut merasakan beratnya medan yang harus ditempuh. Hehehe... Tapi, semua perjuangan itu terbayar lunas saat kita bisa melihat langsung apa yang ada di Goa Harimau.
|
(Melewati Sungai, Hutan, dan Ratusan Anak Tangga Untuk Menuju Goa Harimau) |
|
(Sepatu Skechers Kesayangan Ikut Berjuang.. Haha!) |
Inilah goanya. Setelah melalui hutan, sungai dan 105 anak tangga, kita pun tiba di pelataran Goa Harimau. Di bagian dalam sudah terlihat bekas galian atau hasil riset para arkeolog yang telah menemukan 86 kerangka fosil manusia dengan beragam posisi. Inilah kuburan massal terbesar di Asia Tenggara yang berhasil ditemukan oleh para arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sejak tahun 1995. Pertemuan pertama, diawali sejak adanya dugaan kehidupan manusia purba di sepanjang Sungai Ogan. Kontur Goa Harimau yang besar dan cukup cahaya masuk langsung diduga sebagai goa hunian dan nyatanya benar.
|
(Selamat Datang di Goa Harimau) |
|
(Foto di Anak Tangga Menuju Goa Harimau) |
Selama 4 tahun, 2008-2012 penelitian dilakukan di Goa Harimau, selain menemukan 86 kerangka fosil manusia purba yang diduga hidup di era 5.700 tahun lalu, ditemukan juga peralatan dan perhiasan, serta puluhan ragam lukisan manusia purba di dinding-dinding goa. Temuan ini membawa pencerahan baru tentang dugaan nenek moyang orang Sumatera. Sejarah hidup manusia yang berguna untuk mempelajari peradaban manusia itu sendiri. Selain itu, keberadaan goa ini sendiri tentu dapat menjadi potensi wisata Baturaja seperti halnya Sangiran di Pulau Jawa.
|
(Suasana di Tengah Goa Harimau Baturaja) |
|
(Para Penjaga Goa Harimau yang Juga Bersedia Berbagi Cerita) |
Saya sangat takjub dengan apa yang saya lihat. Saya pun merasa beruntung bisa ikut dalam ekspedisi bersama Tim Pesona Sriwijaya kali ini. Mungkin saja, bahwa apa yang saya lihat hanya tulang belulangnya saja itu adalah nenek moyang saya. Beribu-ribu tahun lalu mereka hidup, dengan peradaban terbaik di masanya, dan sekarang peradaban pun terus berubah. Semoga semakin baik. Itu harapannya.
|
(Berfoto Bersama Tim Pesona Sriwijaya di Tebing Curam Goa Harimau) |
|
(Serasa Petualang Alam gitu... Hihihi) |
Kembali Ke Palembang
Foto-foto sudah didapat. Pengalaman sudah terekam dengan baik di ingatan. Untuk segera dituliskan tentu saja dan dibagikan ke pembaca blog ini. Akhirnya kami pun pulang menuju Palembang sore itu. Jarak normal Baturaja ke Palembang adalah 205 km (5 jam 15 menit) melalui Jl. Raya Baturaja – Prabumulih. Namun kenyataannya kebanyakan lebih lama. Hal ini karena akses infrastruktur jalan antara keduanya rusak parah. Entah kapan, kami sebagai pengguna jalan dapat menikmati akses jalan mulus di semua jalan lintas Sumatera Selatan ini?
|
(Peta Baturaja ke Palembang: 205 km) |
Well, saya tiba di rumah pukul 1 dini hari. Terima kasih Tim Pesona Sriwijaya sudah mengajak saya dalam tim kali ini. Saya sangat menikmatinya, karena apa yang menjadi pengalaman dalam menikmati pariwisata negeri ini adalah suatu hal yang perlu disyukuri sebagai bagian dari masyarakatnya yang bangga atas identitas diri yang dimilikinya dan bentuk sumbangsih dalam menanamkan semangat cinta negeri kepada sesama. Merdeka! Hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar