Demi membahagiakan nenek Cheung yang hampir meninggal, Cheung dan Yoyo kemudian menikah. Namun, pernikahan itu tidaklah murni dilandasi cinta maupun keinginan untuk berumah tangga. Cheung hanya ingin menjadikan Yoyo sebagai objek penelitian skripsinya. Yoyo sendiri hanya ingin meredam kejenuhan rutinitasnya sebagai pelajar SMU. Mereka berdua pun lalu menuliskan kesepakatan untuk mengontrak pernikahan mereka selama 1 tahun, setelah itu mereka akan bercerai tanpa ada tuntutan dari pihak manapun.
Perjalanan hidup bersama mereka dipenuhi warna yang cukup memercik. Cheung tinggal di kost milik Yoyo di Hongkong karena Yoyo masih harus bersekolah. Untuk lebih memahami wanita, Cheung kemudian menjadi guru pria kedua di sekolah Yoyo yang khusus wanita. Ternyata, ada seorang guru wanita yang tertarik pada Cheung. Melihat itu, Yoyo cemburu dan menyadari perasaannya pada Cheung sesungguhnya. Di antara sifat remajanya yang kental, ia berusaha menjadi dewasa untuk sepadan dengan diri Cheung. Yoyo nekat menggunakan pakaian ala wanita dewasa dengan dandanan menor dan seksi saat menemui Cheung yang tengah berkumpul dengan rekan-rekan sebayanya.
Cheung pun akhirnya menyadari bahwa sesungguhnya ia mencintai Yoyo. Ia juga nekat mengakui Yoyo sebagai istrinya di hadapan dewan guru dan murid-murid di SMU Yoyo. Namun, Yoyo malah merobek surat pernikahan mereka, dan meninggalkan Cheung begitu saja. Hal ini karena Yoyo menyadari bahwa perbedaan mereka sangat jauh. Cheung yang kecewa kemudian kembali ke London untuk ujian skripsi. Saat tegang menghadapi pertanyaan para dosen penguji, tiba-tiba Yoyo datang menemui Cheung. Yoyo meminta para dosen penguji Cheung agar memberikan Cheung kelulusan dengan alasan Cheung harus menjaga dirinya sebagai suami yang baik. Akhirnya, Cheung pun mendapatkan kelulusan.
Penilaian Ide Film "My Wife is 18"
Ide film “My Wife is 18” benar-benar rekaan atau fiksi belaka. Ia tidak didasari oleh pengalaman seseorang, tidak mengutip dari novel maupun komik, tidak juga mengambil setting dari suatu masa tertentu. Film “My Wife is 18” sepertinya dikembangkan dari kekreatifan pembuat film untuk menyajikan sesuatu yang mungkin saja terjadi dan mengira-ngira hal apa saja yang mewarnai hal itu.
Pernikahan dengan keterpautan usia yang cukup jauh (12 tahun jika di film “My Wife is 18”) memang akan menimbulkan peristiwa-peristiwa berbeda dan cukup bertolak belakang karena perbedaan masa tumbuh. Ide ini cukup menarik untuk ditawarkan kepada penonton bila dibandingkan dengan cerita pernikahan dari usia yang tidak beda jauh meskipun di dalamnya juga penuh intrik yang hebat.
Jalinan kisah yang dirangkai dalam film “My Wife is 18” mengantarkan pesan penting kepada penontonnya. Setidaknya, film “My Wife is 18” yang cenderung drama romantik komedi ini menyampaikan bila usia yang beda jauh bukanlah halangan untuk menyatukan diri dalam ikatan pernikahan. Asalkan keduanya memiliki kesamaan persepsi dalam memandang hidup.
Bahasa dan gaya yang ditampilkan dalam film “My Wife is 18” ini menyesuaikan dengan apa yang terjadi dengan style remaja Hongkong sekarang. Penuh daya pikat, kepraktisan, kebebasan bersikap dan menentukan pilihan, to the point, namun budaya Tionghoa tetap digambarkan dengan adanya adat perjodohan oleh orang tua yang kala itu masih juga gemar berbusana khas Tionghoa klasik.***
Ide film “My Wife is 18” benar-benar rekaan atau fiksi belaka. Ia tidak didasari oleh pengalaman seseorang, tidak mengutip dari novel maupun komik, tidak juga mengambil setting dari suatu masa tertentu. Film “My Wife is 18” sepertinya dikembangkan dari kekreatifan pembuat film untuk menyajikan sesuatu yang mungkin saja terjadi dan mengira-ngira hal apa saja yang mewarnai hal itu.
Pernikahan dengan keterpautan usia yang cukup jauh (12 tahun jika di film “My Wife is 18”) memang akan menimbulkan peristiwa-peristiwa berbeda dan cukup bertolak belakang karena perbedaan masa tumbuh. Ide ini cukup menarik untuk ditawarkan kepada penonton bila dibandingkan dengan cerita pernikahan dari usia yang tidak beda jauh meskipun di dalamnya juga penuh intrik yang hebat.
Jalinan kisah yang dirangkai dalam film “My Wife is 18” mengantarkan pesan penting kepada penontonnya. Setidaknya, film “My Wife is 18” yang cenderung drama romantik komedi ini menyampaikan bila usia yang beda jauh bukanlah halangan untuk menyatukan diri dalam ikatan pernikahan. Asalkan keduanya memiliki kesamaan persepsi dalam memandang hidup.
Bahasa dan gaya yang ditampilkan dalam film “My Wife is 18” ini menyesuaikan dengan apa yang terjadi dengan style remaja Hongkong sekarang. Penuh daya pikat, kepraktisan, kebebasan bersikap dan menentukan pilihan, to the point, namun budaya Tionghoa tetap digambarkan dengan adanya adat perjodohan oleh orang tua yang kala itu masih juga gemar berbusana khas Tionghoa klasik.***
(Note: Nih, dari tugas mata kuliah Sinematografi, pas kuliah D3 PR UGM, tahun 2003)
1 komentar:
keren banget,
Bagi yang memiliki online shop dan ingin membuat website toko online lengkap, desain menarik, gratis penyebaran, SEO, Backlink, agar usaha nya mudah ditemukan banyak pembeli di internet, sehingga bisa meningkatkan penjualan, klik ya : www.jasabuattokoonline.com
Medium : Jasa Pembuatan Website Toko Online - Tokopedia : Jasa Website Toko Online dan Website Toko Online Murah - Facebook : Jasa Pembuatan Toko Online
Posting Komentar