Selasa, Desember 09, 2008

Masih adakah CORPORATE CULTURE di Kopma UGM?

Corporate culture atau yang biasa kita sebut dengan budaya organisasi adalah perilaku seseorang atau beberapa orang yang dilakukan berulang-ulang, terpola dan berlaku seterusnya bagi seluruh elemen organisasi. Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah budaya organisasi yang bagaimana sih yang tengah tumbuh dan berlaku di suatu organisasi, apakah yang negatif atau yang positif?
Suatu organisasi dikatakan maju jika seluruh komponen yang terkait bisa membangun dan menciptakan budaya positif walaupun kecil. Dampak baik yang dilakukan secara perorangan itu yang nantinya akan bisa diikuti oleh yang lain. Sehingga lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan kolektif dan membentuk suatu budaya. Nah, inilah sebenarnya yang dinamakan budaya organisasi! Singkatnya, suatu sikap yang tumbuh dari kesadaran individu yang dapat menjadi suatu penggerak bagi individu lainnya, baik sebagai motivasi diri semata maupun sebagai ajang peningkatan produktifitas bagi seluruh elemen organisasi.
Di dalam organisasi seperti Koperasi “Kopma UGM” saya melihatnya ada dua karakteristik budaya organisasi, yang pertama budaya organisasi yang bersifat positif dan yang kedua bersifat negatif. Budaya organisasi yang bersifat positif juga terbagi dalam dua kebiasaan, yakni budaya organisasi yang tumbuh dari kesadaran tiap individu dan bersifat universal serta diterima oleh seluruh elemen organisasi. Dan yang kedua adalah budaya organisasi yang diciptakan oleh sebuah mekanisme yang berlaku. Pepatah mengatakan lebih baik kita membuat pengaturan daripada tidak sama sekali. Budaya organisasi positif ini secara perlahan akan memperkecil bahkan menghilangkan budaya organisasi negatif. Akibatnya, jika kebiasaan-kebiasaan dari individu yang memunculkan budaya negatif di organisasi ini tidak secara cepat kita minimalisir, saya yakin organisasi ini akan mengalami kemunduran baik secara sistem maupun kinerja dari setiap eleman di bidang kerja masing-masing.
Untuk bisa mengurangi budaya negatif maka seharusnya seluruh elemen berkomitmen untuk bisa memunculkan temuan-temuan baru. Temuan baru itu bisa dilakukan secara individu dan akan diikuti secara kolektif oleh seluruh elemen organisasi. Mari kita tengok apakah masih ada individu yang bisa menciptakan budaya positif di seluruh bidang kerja. Dan mari kita membedah apakah budaya positif itu masih ada di Koperasi “Kopma UGM”? Hal pertama yang saya cermati adalah unsur keanggotaan. Terutama tentang kegiatan-kegiatan anggota dari awal berdirinya kopma sampai sekarang. Terlihat bahwa intensitas keaktifan anggota sudah ada pergeseran nilai. Jika dulu anggota aktif dengan orientasi mencari pengalaman, proses pembelajaran dan aktualisasi minat bakat untuk lebih dikembangkan di Koperasi “Kopma UGM”, tapi kini anggota cenderung lebih mengutamakan aspek materi. Entah pergeseran ini dinilai budaya yang positif atau negatif, yang jelas nilai-nilai orientasi anggota aktif itu sudah luntur dan jauh dari idealisme seorang anggota koperasi.
Kemudian, stakeholder-stakeholder pengurus sekaligus penggiat kopma pada tahun 80-an sangat dikenal dengan idealismenya sebagai pemuda pelopor pergerakan ekstrakampus. Hal ini tak ayal menyebabkan mereka dikenal dengan kebijakan-kebijakannya menuju perubahan besar di Koperasi “Kopma UGM”. Kemudian di tahun 90-an orientasi para pendahulu kita lebih cenderung mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah dan lebih didominasi pada idealisme pergerakan koperasi. Itulah beberapa contoh teladan dari mereka yang mampu meninggalkan segudang corporate culture yang positif. Kini pertanyaannya, apakah pengurus di era 2000 ini ada yang bisa dibanggakan? Jelas saja ada tetapi lebih berorientasi pada pengembangan sektor bisnis.
Namun, kita juga sadar bahwa Koperasi “Kopma UGM sebagai jiwa idealismenya tetap eksis dan survive dengan memegang teguh tiga hal yaitu gerakan, anggota, dan bisnis. Unsur penopang operasional lain yang tidak kalah pentingnya adalah karyawan. Karyawan yang bertugas mengurusi operasional kegiatan bisnis Koperasi “Kopma UGM” merupakan saksi sejarah perjalanan Kopma UGM dari tahun ke tahun. Dari merekalah sesungguhnya kita bisa menemui dan mengetahui apakah selama ini telah terjadi pergeseran budaya di Koperasi “Kopma UGM”. Tentunya, kita sama-sama tidak menginginkan apabila kopma tercinta ini mengalami kemunduran walau sejengkal saja. Maka tunjukkanlah bahwa kita bisa menciptakan dan membiasakan untuk melakukan tindakan, prilaku dan sikap yang positif di semua sektor bidang kerja.
Untuk anggota, jadilah anggota yang sesuai dengan fungsi dan perannya, kepengurusan jadilah panutan kepemimpinan yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-pinsip koperasi dalam segala hal, dan karyawan jadilah karyawan yang sesuai dengan kode etik seorang karyawan yang memiliki etos kerja, profesionalisme dan semangat untuk mencintai pekerjaannya. Semoga dengan adanya peran, fungsi dan tanggung jawab yang baik ini akan melahirkan sebuah bahkan seribu budaya positif yang akan membawa Koperasi “Kopma UGM” menuju ruh koperasi yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...